Fenomena penganiayaan anak seorang pejabat negara kembali menjadi sorotan netizen di media sosial. Kali ini seorang anak pejabat kepolisian berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) viral di media sosial.
Pelaku diketahui bernama Aditya Hasibuan, anak dari AKBP Achiruddin Hasibuan yang bertugas di Polda Sumatera Utara, sementara korban bernama Ken Admiral. Penganiayaan tersebut terjadi di rumah di Jalan Karya Dalam, Medan Helvetia, Kota Medan, Kamis, 22 Desember 2022 sekitar pukul 02.30 WIB. Rumah tersebut diketahui adalah rumah pelaku.
Peristiwa tersebut bermula dari persoalan kaca spion mobil korban yang diduga dirusak oleh pelaku. Korban Ken Admiral yang tidak terima kemudian mendatangi rumah pelaku Aditya Hasibuan untuk meminta pertanggungjawaban hingga berakhir penganiayaan.
Penganiayaan Anak AKBP Achiruddin Hasibuan dan Relasi antara Flexing dan Kekerasan
Sadis! Momen AKBP Achiruddin Hasibuan Saksikan Sang Anak Aniaya Mahasiswa hingga Babak Belur
Sebelumnya, sempat viral juga kasus anak pegawai pajak yang menjadi bulan-bulanan netizen karena menganiaya seorang anggota GP Anshor. Bahkan, karena viralnya netizen juga sempat membongkar perilaku flexing pelaku.
Akhir-akhir ini kerap terjadi kekerasan fisik yang ditunjukkan di media sosial. Selain itu, tidak jarang juga sang pelaku juga sering pamer kemewahan atau yang dikenal dengan flexing. Flexing pada esensinya adalah perilaku seseorang yang memamerkan atau menunjukkan kekayaan, kemewahan yang dimiliki.
Tentunya setiap perilaku memiliki sebab dan akibat yang secara apriori melekat kepada sebuah fenomena, terutama dalam hal psikologis seseorang. Sebab, bisa diartikan sesuatu yang melatarbelakangi perilaku flexing itu dilakukan. Sementara akibat adalah segala sesuatu yang bisa diabil oleh pelaku baik itu dari sisi keuntungan atau kepuasan yang didapat dari perilaku tersebut.
Secara logis jika seseorang ingin menunjukkan sesuatu latar belakang yang paling alamiah adalah karena dorongan pengakuan. Seseorang merasa dirinya diakui oleh publik saat menunjukkan sesuatu yang dimiliki, baik itu berupa harta, keahlian, latar belakang, atau apapun yang bisa menjadikan hal itu bisa diakui publik.
Dari pertunjukan (sesuatu yang ditunjukkan ke publik) tersebut, tentunya pelaku akan mendapatkan feedback atau imbal balik, bisa berupa pujian, engagement atau kedekatan, hingga strata sosial atau anggapan (image) publik. Pencitraan mungkin diksi yang dekat dengan istilah flexing, karena sama-sama menunjukkan sesuatu yang dimiliki seseorang. Namun istilah pencitraan lebih mengacu kepada konsep atau sesuatu yang ingin ditampakan kepada publik, sementara flexing mengacu kepada perilaku subjek atau pelaku.