Tak bisa asal
Pria yang disapa Sani ini cukup menyayangkan perubahan bodi di bus tersebut. Pasalnya, bus Pariwisata Trans Putera Fajar menggunakan sasi Hino AK1JRKA yang masih pakai per daun, tidak cocok menggunakan bodi SHD yang tinggi.
Sani juga mengungkapkan, perombakan bodi kendaraan tidak bisa dilakukan secara asal. Perlunya perhitungan yang matang serta jenis dan kondisi sasis bus tersebut.
“(Perombakan bodi) yang dilakukan pada bus ini sangat bertentangan dengan regulasi dan kenyamanan kendaraan saat beroperasi, terutama dari sisi keselamatannya,” tambah Sani yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI).
Baca juga: Calon Rival Suzuki Jimny 5 Pintu Mau Debut, Desainnya Gak Kalah Gagah