Pengamat Sebut ‘Study Tour’ Metode Pembelajaran yang Sangat Efektif, Jangan Dilarang!

By Jack

INVERSI.ID – Pengamat pendidikan, Ina Liem, menegaskan bahwa kegiatan karyawisata atau study tour dapat menjadi metode pembelajaran yang sangat efektif bagi siswa. Oleh karena itu, ia menilai tidak perlu ada larangan bagi sekolah untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut, asalkan diatur dengan baik.

Ina menjelaskan bahwa setiap siswa memiliki profil kepribadian yang berbeda dalam memahami pembelajaran, termasuk mereka yang memiliki sifat “openness to experience” yang cenderung menyerap ilmu pengetahuan secara langsung melalui pengalaman dan indera.

“Secara prinsip, saya tidak setuju jika study tour dilarang, karena dalam pendidikan ada pendekatan experiential learning yang sangat bermanfaat bagi anak-anak dengan tipe pembelajar ‘the experiencer’. Belajar melalui pengalaman jauh lebih efektif daripada sekadar membaca buku atau menghafal,” ujar Ina saat dihubungi di Jakarta, Selasa (25/3).

Menurutnya, penting bagi pemerintah daerah untuk melihat permasalahan ini dari berbagai perspektif sebelum mengambil langkah yang terburu-buru. Dalam hal ini, ia mengimbau agar regulasi dan pengawasan terhadap kegiatan karyawisata sekolah lebih diperhatikan sehingga tidak menghambat proses belajar siswa.

Ina juga menyoroti beberapa masalah yang sering muncul dalam kegiatan karyawisata sekolah, seperti kondisi bus transportasi yang sering kali tidak memadai dan biaya yang membebani orang tua siswa. Namun, ia berpendapat bahwa alasan-alasan tersebut tidak cukup kuat untuk melarang keberlanjutan kegiatan tersebut.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa masalah utama dalam penyelenggaraan study tour sering kali disebabkan oleh oknum-oknum yang menjadikan kegiatan ini sebagai ladang bisnis pribadi. Praktik ini dapat mengubah esensi karyawisata dari kegiatan pembelajaran menjadi sekadar wisata, dengan biaya operasional yang sangat tinggi.

“Masalah utama sebenarnya ada pada regulasi dan pengawasannya yang perlu diperketat, bukan dengan menghentikan acaranya. Misalnya, jika sering terjadi kecelakaan bus saat study tour, bisa jadi masalah utamanya adalah praktik korupsi. Dana yang ada digunakan untuk mencari bus yang murah dan berisiko tinggi. Jadi, akar masalahnya ada pada penyalahgunaan dana dan pungutan liar,” jelas Ina.

Ina berharap kegiatan karyawisata sekolah tetap dapat berlangsung, dengan adanya regulasi dan pengawasan yang tepat, guna mendukung proses belajar mengajar yang lebih efektif bagi siswa. Dengan pendekatan yang benar, kegiatan ini dapat memberikan manfaat besar bagi perkembangan siswa, khususnya dalam aspek pengalaman belajar yang tidak dapat diperoleh hanya melalui buku atau teori.***

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *