INVERSI.ID – Penyanyi Aruma membagikan pengalaman emosionalnya saat menghadapi perundungan ketika masih duduk di bangku SMA.
Insiden tersebut terjadi pada Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), di mana Aruma menjadi target perundungan oleh beberapa kakak kelas.
Aruma mengenang kejadian malam itu, di mana ia dibawa oleh sekelompok siswi senior yang dikenal populer di sekolah.
Ia dihadapkan sendirian dalam situasi yang menekan, bahkan beberapa alumni turut serta dalam aksi perundungan tersebut.
“Aku dibawa dan dilabrak sendirian oleh cewek-cewek yang bisa dibilang hits di sekolah,” ujar Aruma saat ditemui di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
“Bahkan mereka sampai membawa alumni untuk ikut menyudutkan aku,” lanjutnya.
Aruma masih mengingat jelas tuduhan yang dilontarkan kepadanya malam itu, yang meninggalkan luka mendalam di hatinya.
Ia dituding memberikan tatapan yang dianggap tidak sopan kepada senior dan disebut genit karena menggunakan riasan saat MPLS berlangsung.
Padahal, menurut Aruma, ia sama sekali tidak melakukan hal yang dituduhkan. Selain itu, banyak siswi lain yang juga memakai lip tint seperti dirinya.
“Mereka menganggap aku genit dan menuduhku menunjukkan tatapan yang menurut mereka tidak pantas. Padahal aku sama sekali tidak melakukan hal tersebut,” ungkap Aruma.
“Saat itu, aku hanya memakai lip tint seperti teman-teman lainnya, tapi entah kenapa hanya aku yang dipermasalahkan,” tambahnya.
Ternyata, perundungan yang ia alami tidak berhenti di MPLS. Selama duduk di kelas 10, ia masih sering menjadi sasaran sindiran dari geng kakak kelas 11.
“Bahkan saat pelajaran berlangsung, mereka tetap menyindirku,” kata Aruma.
Selain itu, saat Aruma menjalin hubungan dengan seorang siswa kelas 12, mantan kekasih pacarnya datang menghampirinya dan menyiramnya dengan minuman di kantin, disaksikan banyak siswa lain.
“Ketika aku pacaran dengan kakak kelas, mantannya mendatangiku dan menyiramku pakai minuman di depan banyak orang di kantin,” tuturnya.
Meskipun mengalami berbagai bentuk perundungan di sekolah, Aruma tetap bersyukur karena bisa bertahan dan fokus menyelesaikan pendidikannya.
Ia berharap di era sekarang, kejadian seperti ini tidak lagi terjadi di lingkungan sekolah, sehingga tidak ada siswa lain yang mengalami hal serupa.***