Calon Wakil Presiden RI Nomor Urut Dua Gibran Rakabuming Raka menyinggung pentingnya pemberlakuan kebijakan pajak karbon sebagai salah satu strategi mengarusutamakan pembangunan rendah karbon yang berkeadilan. Wali Kota Surakarta ini juga mengulas tantangan energi hijau.
Gibran menjelaskan tujuan mencapai net zero emission pada tahun 2060, hanya dapat terwujud manakala ada transisi energi dari energi fosil ke energi berbasis nabati secara berkesinambungan.
Hal ini disampaikan pada segmen kedua debat keempat Cawapres Pilpres 2024 di Jakarta, Minggu malam. “Jika kita bicara masalah karbon, tentunya kita harus menyinggung pajak karbon, carbon storage, dan carbon capture,” ujar Gibran dilansir Antara.
Gibran melanjutkan agenda ke depan, harus mendorong transisi menuju energi hijau. Indonesia tidak boleh lagi ketergantungan pada energi fosil.
Baca juga: Jawaban Cerdas Gibran Rakabuming Dorong RUU Masyarakat Hukum Adat, Leave No One Behind
“Kita dorong terus energi hijau bersumber nabati seperti bioetanol, bioavtur, sekarang sudah terbukti dengan adanya B35 dan B40 ini sudah mampu menurunkan nilai impor minyak kita, nilai tambah produksi sawit dalam negeri, dan lebih ramah lingkungan,” paparnya.
Gibran juga menyebut tantangannya ialah mencari titik keseimbangan antara menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan produktivitas, termasuk di antaranya melalui hilirisasi.
“Kita ingin menggenjot hilirisasi industri, tetapi kita wajib menjaga kelestarian lingkungan. Kita ingin meningkatkan produktivitas petani dan maritim, tetapi kita juga ingin menjaga keseimbangan alam,” katanya.
Menurut Gibran, pada pelaksanaannya tentu analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) merupakan kewajiban. Begitu pula analisis lingkungan dan sustainability report.
“Jangan sampai alih fungsi lahan yang sekiranya merugikan pengusaha lokal, UMKM lokal, ataupun masyarakat adat setempat, sekali lagi potensi energi baru terbarukan luar biasa sekali. Ada energi surya, angin, bioenergi, panas bumi, kita punya potensi yang besar 3.686 gigawatt,” kata Gibran.