Para pemilih Presiden Jokowi pada Pemilu 2019, yang mendukung calon presiden (capres) Partai Gerindra Prabowo Subianto mengalami kenaikan. Namun, yang mendukung capres PDI Perjuangan Ganjar Pranowo malah mengalami penurunan. Bukti Jokowi main dua kaki?
Pernyataan tersebut, merupakan hasil dari survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas yang dilakukan terhadap 1.200 responden dari 38 provinsi di Indonesia, dengan tingkat kepercayaan 95 persen, menemukan perubahan dukungan para pemilih Presiden Jokowi pada Pemilu 2019 yang mendukung antara Prabowo dan Ganjar.
Hasil Survei Litbang Kompas
Pemilih Presiden Jokowi memang terpantau mendukung Ganjar Pranowo. Namun, pada survei yang diadakan pada Janaurai 2023, para pemilih Jokowi malah mendukung capres dari Partai Gerindra sebanyak 23 persen. Anka itu semakin meningkat pada hasil survei Litbang Kompas pada Mei 2023.
Soal pemilih Jokowi yang mendukung Ganjar Pranowo, malah mengalami penurunan. Dari angka 61 persen menjadi 56,1 persen.
Ancaman Serius Ganjar
Tentu saja, ini menjadi sebuah ancaman serius bagi capres PDI Perjuangan Ganjar Pranowo jelang Pilpres 2024.
Kemudian, Litbang Kompas yang dilakukan pada 20 April hingga 10 Mei 2023, juga mencatat para pendukung Prabowo-Sandiaga Uno, pada Pemilu 2019, kini menjadi pendukung Anies Baswedan yang merupakan capres dari NasDem.
Jokowi Main Dua Kaki?
Presiden Jokowi disebut terlibat dalam pertemuan antara Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sekaligus calon presiden (capres) dari Partai Gerindra. PDIP mengakatan, jelang Pilpres 2024 banyak pembingkaian yang dilakukan oleh sejumlah kalangan.
Dalam hal ini, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto membantah dugaan keterlibatan Presiden Jokowi dalam pertemuan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka dengan Menhan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo di Angkringan Omah Semar, Kelurahan Jajar, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, pada Jumat 19 Mei 2023.
Menurut Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, Presiden Jokowi sudah terlalu banyak memiliki tanggung jawab sebagai kepala negara. Sehingga, tidak sempat mengurusi pertemuan antara Gibran dan Prabowo.