Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Syamsul Ma’arif mengungkapkan bahwa generasi muda Indonesia harus tampil untuk mengkampanyekan perdamaian, toleransi dan persatuan.
Syamsul pun berharap agar pemuda dari kalangan pelajar, kampus dan pesantren, aktif dan beraksi menebar pesan perdamaian, persatuan, dan agama yang ramah terhadap kebhinekaan serta kebangsaan.
Menurutnya, semakin dekat tahun politik maka harus diwaspadai sejak saat ini. Karena apabila terjadi gesekan horizontal di masyarakat, biasanya berawal dari media sosial.
“Makin dekatnya tahun politik harus disikapi dengan kewaspadaan dini jika terjadi gesekan horizontal di masyarakat, yang biasanya berawal dari media sosial,” kata Syamsul dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, 14 Juni 2023.
Generasi Muda harus Aktif Lakukan Kontra-Propaganda
Syamsul juga menilai bahwa semua pihak, khususnya generasi muda Indonesia harus aktif melakukan kontra-propaganda lewat berbagai narasi sejuk yang humanis untuk mengimbangi narasi naif dari kaum intoleran dan kelompok radikal yang mempolitisasi agama.
Oleh karena itu, Syamsul menjelaskan sudah menjadu tanggung jawab bersama untuk membangun keharmonisan hubungan masyarakat dari berbagai golongan.
Politik Identitas harus Dikritisi Anak Muda
Dikutip dari kitab karya Habib Ali Al Jufri, al insaniyah kobla tadayyun (kemanusiaan sebelum keberagamaan) yaitu siapapun harus bisa dimuliakan tanpa membeda-bedakan identitasnya
“Sudah sepantasnya praktik politik identitas itu dikritisi oleh anak muda. Karena salah satu bahaya yang akan mengancam bangsa secara signifikan ketika politisasi agama sudah mengakar,” ungkap Syamsul.
Bahkan Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah periode 2022-2025 itu juga menekankan menjelang tahun politik, berbagai macam cara pasti akan digunakan untuk memenangi kontestasi, tidak terkecuali politisasi identitas.
Generasi Muda Hadir di Masyarakat dengan Santun dan Baik
Oleh karena itu, menurutnya generasi muda harus hadir memberi pencerahan di tengah masyarakat dengan cara yang santun dan baik.
“Adab yang baik adalah penunjang tersampaikannya narasi toleransi dan kebangsaan sehingga mudah diterima oleh semua golongan,” katanya.
Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kota Semarang itu juga menilai masyarakat perlu lebih mengedepankan rasionalitas, rasa dan hati, sehingga semua persoalan bisa diselesaikan dengan cara yang santai serta musyawarah.