Inversi.id – Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Ade Armando mengatakan pengkritik Jokowi malah membuat elektabilitasnya mengalami penurunan. Pasalnya, ia menilai Jokowi saat ini sangat populer di kalangan publik.
Ade menyebut terdapat teori disonansi kognitif mengenai respons masyarakat ketika kritik terhadap Jokowi terus dilakukan. Menurutnya, akan ada orang yang percaya isu dalam kritikan tersebut, namun ada pula masyarakat yang tidak akan percaya karena telah mengetahui kinerja dan mendukung Jokowi.
“Ini ada teorinya nih, bahwa ada yang namanya cognitive disonance (disonansi kognitif), gini kira-kira, kalau saya nggak suka sama Bung Adi, tapi kemudian Anda menjelek-jelekan Bung Adi, yang saya lakukan kira-kira ada dua kemungkinan, saya percaya sama Anda tapi kemudian ketika saya tidak percaya saya bilang ‘lu aja yang sirik’. Itu teorinya basic banget buat orang psikologi,” kata Ade Armando.
Baca juga: Jadwal Debat Capres-Cawapres 2024 yang Digelar Sebanyak 5 Kali
“Orang 9 tahun dia memimpin, terus tiba-tiba saja datang PDIP bilang dia itu berkhianat pada PIDP, nah masyarakat yang suka sama Jokowi kemungkinan nggak akan berubah sikapnya pada Jokowi,” sambungnya.
Ade mengatakan bila PDIP terus menerus melakukan serangan ke Jokowi, maka akan kehabisan waktu untuk mengambil suara rakyat. Alih-alih memberi dukungan, menurut Ade, orang justru akan bersikap antipati.
“Kalau anda terus menerus menghabiskan waktu anda untuk menyerang, anda kehabisan waktu untuk menunjukan mengapa orang harus memilih anda, dan itulah yang ditunjukkan. AMIN nggak pernah nyerang sekarang-sekarang ini, menurut saya. Karena kubu AMIN tidak menyerang, orang melihat well, jadi menyelamatkan suara,” kata Ade.
“Orang justru berantipati pada orang yang menyerang, itu yang justru menurut saya harus dijaga betul,” tuturnya.