Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengingatkan kepada masyarakat agar mewaspadai hoaks menjelang pemilihan umum (Pemilu) 2024 agar pesta demokrasi itu tidak bergeser menjadi bencana dan konflik horizontal.
Dikutip dari Antara, hal itu disampaikan oleh Bamsoet karena adanya segelintir pihak yang ingin memanfaatkan momentum pemilu untuk menyebarkan hoaks dan memecah belah bangsa demi kepentingan kekuasaan golongannya saja.
Tingkat Penetrasi Internet Tanah Air Tinggi
Oleh karena itu, ia mengingatkan selama proses penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada Serentak 2024 lewat media sosial harus diwaspadai karena tingginya tingkat penetrasi internet di Tanah Air.
“Kerentanan penyebaran hoaks selama proses penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada Serentak 2024 melalui media sosial patut diwaspadai. Mengingat tingginya tingkat penetrasi internet di Tanah Air,” kata Bamsoet, sapaan karibnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis, 20 Juli 2023.
Pernyataan itu pun disampaikan oleh Bamsoet setelah melangsungkan pertemuan dengan pengurus DPP Himpunan Putra Putri Keluarga Angkatan Darat (Hipakad).
Dalam kesempatan itu, Bamsoet menuturkan tingkat penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 78,2 persen atau menyentuh angka 215,6 jiwa hingga awal Maret 2023, sebagaimana data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).
Pengguna Aktif Media Sosial Indonesia
Berdasarkan laporan hasil survei We are Social, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 167 juta orang atau 60,4 persen dari populasi dalam negeri pada Januari 2023.
Dengan begitu, ia mengingatkan tingginya penetrasi internet dan pengguna media sosial harus diimbangi pula dengan keadaban digital.
“Ironisnya, dari laporan hasil survei Microsoft bertajuk Digital Civility Index (Indeks Keadaban Digital) tahun 2020 yang dirilis Februari 2021, Indonesia menempati urutan 29 dari 32 negara yang disurvei, atau yang ‘terburuk’ untuk kawasan Asia Pasifik,” tuturnya.
Rawat Persatuan dan Kesatuan
Lebih lanjut, pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum partai Golkar ini mengingatkan agar bangsa Indonesia senantiasa merawat persatuan dan kesatuan agar tidak diadu domba dan dipecah belah, berkaca pada politik adu domba (Devide et Impera) yang dilancarkan penjajah dahulu untuk menguasai rempah-rempah di Tanah Air.
“Dengan jumlah penduduk lebih dari 273 juta jiwa, terdiri dari 1.340 suku yang memiliki 733 bahasa, serta menganut 6 agama serta puluhan aliran kepercayaan, menjadi faktor sosiologis yang menempatkan tingkat heterogenitas bangsa kita sangat tinggi,” katanya.