Di antara ratusan stan pada pameran kerajinan di HUT ke-44 Dekranas di Kota Solo, ada salah satu stan yang cukup menarik perhatian pengunjung. Stan itu adalah Anindya Batik Art Difabel yang memamerkan karya fashion buatan komunitas disabilitas Solo Raya.
Sekilas, tak ada yang berbeda dari hasil kerajinan mereka dengan perajin lainnya, bahkan desainer ternama. Namun, seperti namanya, para pekerja yang bernaung di brand ini adalah para difabel atau disabilitas di wilayah Solo Raya.
Anindya Batik Art Difabel merupakan UMKM binaan Provinsi Jawa Tengah. Pendamping dan pembina Lisa Farida mengungkapkan awal pertama berdirinya UMKM ini karena keprihatinannya atas banyaknya kaum difabel yang menganggur dan sulit mencari pekerjaan pada tahun 2010.
Baca Juga: BI Catat Kenaikan Signifikan Jumlah UMKM di Solo
“Awalnya karena saya melihat melihat keresahan teman-teman disabilitas di Semarang dan Solo Raya, banyak dari mereka yang sulit bekerja, lalu saya berinisiatif mengumpulkan mereka dan memberikan pelatihan swadaya, gratis,” ujar Lisa kepada Inversi.id, Jumat, 17 Mei 2024.
Lisa melanjutkan, dia kemudian memberikan pelatihan dasar hingga finishing, sampai menjadi fashion batik dan tenun lurik. Saat itu targetnya adalah untuk memenuhi kebutuhan orang perkantoran.
Sebelum memberikan pelatihan itu, dia tidak menampik bahwa kendala komunikasi menjadi faktor utama. Maka, ia tak segan untuk belajar bahasa isyarat agar dapat berkomunikasi dengan mereka.
Dia kemudian mendirikan usaha ini yang awalnya digawangi hanya dua orang saja. Saat ini, ia sudah memiliki 8 perajin disabilitas yang membantunya menghasilkan karya.
Baca Juga: Anak Anda Sulit Makan? Coba Menu Penambah Berat Badan Ini, Anti Gagal!
Para perajin disabilitas lainnya yang telah mengikuti pelatihannya, kata dia, sudah kembali ke daerahnya masing-masing. Mereka membuka usaha mandiri. Mereka, kata Lisa ada yang pulang ke Magelang, Muntilan, bahkan Pekalongan.
“Saya berpesan kepada mereka, kalau sudah ikut pelatihan dan sudah merasa mampu, sebaiknya jangan disia-siakan hasil pelatihan itu,” ujarnya.
Optimistis Lisa terhadap masa depan brand ini terlihat ketika dia memperlihatkan baju-baju bercorak batik dan tenun. Dia menuturkan, itu semua adalah koleksi premium karena dibuat dengan tingkat kehati-hatian yang tinggi.
“Baju-baju ini premium karena dibuat dengan hati-hati, mulai dari desain, jahit, hingga pola finishing itu personal, enggak bisa konveksi. Jadi, satu orang sehari maksimal paling banyak 2 (baju) kalau modelnya mudah,” kata dia.
Baca Juga: Ini Daftar 24 Tim Sepak Bola Rumah Sakit di Ajang Hospital League Soccer 2024
Saat ini, Lisa mengungkapkan, dia hanya fokus memberdayakan kaum disabilitas untuk berkarya. Ketunaan para pekerjanya saat ini adalah tuna rungu dan wicara.
Namun, ketunaan lain mulai dari tuna daksa hingga grahita juga pernah mengikuti pelatihan swadaya yang ia selenggarakan.
Dengan ikut serta dalam pameran Dekranas 2024 ini, Lisa merasa memiliki tempat untuk belajar lagi. Di sini, dia bisa melihat karya-karya dari perajin lain bahkan dari desainer-desainer ternama lainnya.
Baca Juga: Gudang Produksi Makanan Ringan di Karanganyar Terbakar, Sisa Penggorengan Jadi Penyebabnya
Dia tidak menampik, banyak pengunjung yang tertarik dengan karya timnya. Bahkan, kata dia, pembelinya berasal dari berbagai latar belakang dan luar kota, salah satunya dari anak buah Didiet Maulana.
“Justru anak buahnya desainer-desainer itu banyak yang belanja di sini, salah satunya anak buahnya Didiet Maulana,” ujarnya gembira.
Hasil dari penjualan itu, kata dia, akan dia gunakan lagi untuk pemberdayaan kaum disabilitas lainnya.
“Profitnya disisihkan untuk pelatihan swadaya, untuk melatiih kaum disabilitas agar bisa mandiri,” pungkasnya.