Waspadai DBD, 7 Penderita di Sukoharjo Meninggal Dunia

By yenny hardiyanti
3 Min Read
Penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Sukoharjo meninggal dunia. (Foto: Pixabay)

Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Sukoharjo kian merebak. Dalam empat bulan terakhir yakni periode Januari-April 2024, total jumlah penderita DBD sebanyak 280 orang. Dari angka tersebut, tujuh orang penderita meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo Tri Tuti Rahayu mengatakan penyakit demam berdarah dengue (DBD) menjadi atensi serius pemerintah daerah lantaran tingginya kasus penyakit menular itu sejak dua-tiga bulan terakhir.

“Selama periode Januari-April, ada 280 kasus DBD di Sukoharjo. Tujuh penderita DBD meninggal dunia,” kata Kepala DKK Sukoharjo, Tri Tuti Rahayu, Jumat, 10 Mei 2024.

- Advertisement -

Baca Juga: Fakta-fakta Rizky Febian dan Mahalini Raharja Sah Jadi Suami Istri

Tuti, sapaan akrabnya menjelaskan, pihaknya terus berupaya melakukan pencegahan untuk memutus mata rantai penularan penyakit DBD.

Tidak hanya kalangan anak-anak, virus dengue yang ditularkan lewat gigitan nyamuk aedes aegypti juga menjangkiti remaja dan orang dewasa. Mereka mengalami gejala seperti demam tinggi, mual, dan muntah serta nyeri otot dan persendian.

Menurut Tuti, ketujuh penderita DBD yang meninggal dunia berasal dari Kecamatan Sukoharjo, Tawangsari, Nguter, Mojolaban, Bulu, dan Weru. Sebagian besar penderita DBD yang meninggal dunia tersebut adalah anak-anak.

Baca Juga: Crazy Rich Asal Wonogiri Ajukan Diri Jadi Cabup Boyolali di Pilkada 2024

Dia mencatat kasus DBD hampir merata muncul di setiap kecamatan di Kabupaten Sukoharjo.

“Kasus DBD paling banyak di wilayah Weru, yakni 78 kasus dengan dua penderita meninggal dunia. Kemudian, disusul Tawangsari dengan 51 kasus dan satu penderita meninggal dunia,” ujar dia.

Lebih jauh, dia melanjutkan, DKK Sukoharjo telah berkoordinasi dengan puskesmas di setiap kecamatan untuk menggerakkan masyarakat agar melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di wilayahnya masing-masing.

Gerakan PSN ini, kata dia, dinilai paling efektif dalam mencegah penularan penyakit DBD dengan membasmi telur nyamuk.di lingkungan rumah, sekolah dan pabrik.

“Masyarakat diberdayakan menjadi kader kesehatan untuk membersihkan telur-telur nyamuk di lingkungan rumahnya masing-masing,” ujarnya.

Baca Juga: Kemarin Gerindra, Hari Ini Rektor Astrid Daftar Pilkada Solo 2024 Lewat PSI

Petugas juru pemantau jentik (jumantik) di setiap desa/kelurahan juga dioptimalkan untuk mencegah merebaknya DBD.

“Paling efektif mengintensifkan gerakan PSN untuk membasmi jentik-jentik nyamuk. Paling tidak di lingkungan tempat tinggal. Bak mandi dibersihkan secara rutin. Selokan air di sekitar rumah juga dibersihkan,” ujar dia.

Sebelumnya, Bupati Sukoharjo, Etik Suryani juga menaruh perhatian terhadap perkembangan kasus DBD di Sukoharjo.

Etik mendorong agar masyarakat diberdayakan menjadi kader kesehatan untuk membersihkan jentik nyamuk di lingkungan rumahnya masing-masing.

Baca Juga: Asyik Berjudi, Empat Pria Sukodono Langsung Diringkus Tim Macan Putih Polres Sragen

Warga bisa membersihkan bak mandi, perabotan rumah tangga di halaman rumah maupun selokan air yang mampat sehingga menimbulkan genangan air.

Bila genangan air di area rumah tidak dibersihkan berpotensi menjadi tempat bertelurnya nyamuk. “Jangan lupa juga pola hidup bersih dan sehat (PHBS) bisa diterapkan saat beraktivitas sehari-hari. Ini juga penting untuk mencegah agar tidak menderita sakit,” urai dia.

Leave a comment