INVERSI.ID– Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada pembukaan perdagangan Rabu (28/8) turun 14 poin atau 0,09 persen menjadi Rp15.509 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.495 per dolar AS.
Hal ini ditenggarai karena sentimen risk-off di pasar terkait ancaman penghentian produksi minyak dari Liby
“Isu politik mulai mengkhawatirkan investor, terutama karena adanya ancaman penghentian produksi minyak dari Libya,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu (28/8).
Baca juga: Kelas Menengah Indonesia Pendorong Utama Pertumbuhan Ekonomi
Josua memperkirakan rupiah akan berada di rentang Rp15.425 per dolar AS sampai dengan Rp15.525 per dolar AS pada hari ini.
Menurutnya, rupiah melemah akibat sentimen menguatnya data Durable Goods Order di Amerika Serikat (AS). Hal ini juga diikuti dengan meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah.
Baca juga: Pemerintah Sepakat Tambah Insentif PPN DTP dan Kuota FLPP
Hal ini menjadi sentimen yang mendorong apresiasi dolar AS secara global. Sentimen risk-off juga turut memengaruhi pasar obligasi domestik, tercermin dari imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) yang meningkat 1 basis poin (bps) di seluruh tenor kemarin.