Artificial intelligence atau AI berpotensi hancurkan industri media online, yang disebut sebagai perubahan paling radikal yang pernah terjadi. Terlebih pada Google Search yang berbasis Artificial intelligence atau AI. Google sendiri, ungkapkan hal tersebut dan juga umumkan sejumlah fitur baru dalam konferensi Google I/O 2023 di Amerika Serikat.
Perubahan Paling Radikal
Artificial intelligence atau AI yang berpotensi hancurkan media online, disebut google sebagai perubahan paling radikal dalam dunia internet sejak Google Search beroperasi di awal tahun 2000-an.
Kemudian, masih soal artificial intelligence atau AI berpotensi hancurkan media online, bagaikan sebuah bom nuklir yang siap meledak. Padahal, industri media online juga tengah berjuang untuk bertahan hidup.
AI Berpotensi Hancurkan Media Online
Artificial intelligence atau AI berpotensi hancurkan media online, karena pada dasarnya Google telah mempunyai jawaban atas semua pertanyaan yang ditanyakan oleh manusia, pengguna sejatinya Google Search.
Padahal, media online mengharuskan pembaca atau penggunanya untuk masuk dalam laman resmi mereka. Dengan Google Search berbasis artificial intelligence atau AI, hal ini tidak perlu dilakukan.
Artificial intelligence atau AI, yang merupakan kecerdasan buatan, juga dianggap dapat meringankan kerja karyawan sebagai upaya mencapai efisiensi dan produktivitas, disebut siap melakukan revolusi pekerjaan dan meringankan beban pekerjaan seorang karyawan.
Masih soal Artificial intelligence atau AI juga siap lakukan revolusi. Kata Chairman dan CEO di Microsoft Satya Nadella, dengan generasi terbaru Artificial intelligence atau AI, dapat melepaskan segala kebosanan seorang karyawan.
Terlebih, untuk para pemilik bisnis, menggunakan Artificial intelligence atau AI, disebut lebih menguntungkan dan sedikit mengurangi beban keuangan perusahaan.
Tentu hal ini adalah sebuah ketakutan dari segi manusia, yang dapat saja digantikan posisinya oleh Artificial intelligence atau AI dalam sejumlah pekerjaan.
Meski begitu, OpenAI mengaku tetap rugi dua kali lipat, padahal ChatGPT kian populer dangan jumlah pengguna sebanyak 100 juta orang perbulan.
Kerugian yang dialami oleh OpenAI ini, karena besarnya pengembangan ChatGPT agar dapat memberikan jawaban yang sangat akurat dari sebuah pertanyaan paraa pengguna.