Sisi lain, kehadiran layanan internet berbasis satelit, Starlink, tidak boleh membuat masyarakat lengah terhadap berbagai ancaman yang mungkin timbul. Seperti dua sisi mata uang, Starlink juga dapat mengancam kedaulatan siber Indonesia.
Peluncuran Starlink menjadi perhatian publik karena dihadiri langsung oleh CEO SpaceX Elon Musk, hanya sehari sebelum pembukaan World Water Forum Ke-10.
Starlink, sebagai layanan internet berbasis satelit, memungkinkan akses internet ke wilayah-wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) Indonesia.
Cakupan koneksi ini menjangkau pulau-pulau terpencil hingga tengah laut yang luas. Starlink diklaim dapat menyediakan layanan di setiap sudut area, asalkan memiliki akses terbuka ke langit untuk menangkap sinyal satelit.
Kemampuan ini diakui mampu menyelesaikan masalah layanan internet kabel yang sulit menjangkau daerah-daerah terpencil, mengingat Indonesia adalah negara maritim dengan lebih dari 17.000 pulau.
Oleh karena itu, kehadiran Starlink diharapkan dapat membantu sektor kesehatan dan pendidikan Indonesia, terutama saat Pemerintah tengah mengembangkan ekosistem pertukaran data kesehatan melalui platform SatuSehat.
Baca Juga: Profil dan Biodata Gelandang Persib Levy Clement Madinda Fokus Menang di Kandang
Namun, ada sisi lain yang kurang mendapat perhatian, seperti ancaman kebocoran data pribadi, pelanggaran konten berbahaya, dan ketergantungan pada layanan perusahaan swasta untuk sektor-sektor vital negara.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi, menyatakan bahwa Starlink tidak akan diperlakukan secara istimewa. Dalam sebuah konferensi pers, ia menegaskan bahwa dirinya tidak ingin Starlink merasa berada di atas aturan.
Meskipun Starlink memiliki berbagai keunggulan untuk mengatasi isu kesenjangan akses internet di daerah 3T, ia menekankan bahwa Starlink tetap harus mematuhi regulasi yang berlaku di Indonesia.