Google berencana akan memakai Chatbot AI, pada Google Search, guna menghadapi tekanan hingga masalah bisnis yang tengah dihadapi oleh Google.
Chatbot AI seperti ChatGPT memang tengah menjadi primadona dan idola sejak kemunculannya pada 8 bulan lalu.
Dalam hal ini, platform Google dalam Google Search dalam meningkatkan kemampuan Google dalam menjawab berbagai permintaan pencarian.
Bukan Ancaman Bisnis
Lebih lanjut, Chief Executive Officer Google Sundar Pichai, chatbot bukan sebuah ancaman bisnis pada Google, khusunya pada Google Search.
Dalam pencarian Bing, Microsoft sendiri telah menggunakan chatbot dalam mesin pencariannya itu.
Tekanan Investor
Kemudian, Sundar Pichai bicara soal Google Search bakal pakai chatbot, merupakan tekanan para investor untuk menekan biaya dan memangkasnya.
Penggunaan sistem AI, untuk memahami query atau perintah kompleks pada Google Search telah dilakukan penggunaannya selama bertahun-tahun lalu.
Akan diluncurkan pada November oleh Open AI juga dapat memicu perlombaan untuk menintegrasikan teknolohi dalam sebuah produk konsumen.
Dalam menggunakan sebuah teknologi baru khususnya chatbot AI berupa ChatGPT, Google sepertinya akan lebih berhati-hati dalam bergerak terlalu cepat dengan teknologinya.
Dalam Google Search, Google mengaku tengah mencari pasarnya.
ChatGPT sendiri tengah menjadi primadona dan idola hanya dalam waktu 8 bulan.
Platform milik OpenAI ini, sejak awal kemunculannya menjadi idola dan populer dan dilirik banyak pengguna dari seluruh dunia dalam waktu singkat.
Akibatnya, para perusahaan teknologi lainnya berlomba untuk membuat platform AI sendiri-sendiri.
Seperti Google dengan meluncurkan Bard yang merupakan sebuah platform AI miliknya.
Kini, muncul pertanyaan platform AI mana yang terhebat, ChatGPT atau Bard milik Google.
Untuk mendapatkan jawaban terbaik, perlu adanya pengujian lebih dalam soal sejumlah permintaan.
Mulai dari permintaan saran game hingga permintaan umum yang banyak dicari oleh para pengguna.
Kabar buruknya, dengan adanya AI atau kecerdasan buatan bakal berdampak pada 300 juta pekerjaan di dunia bakal digantikan dengan teknologi.