Indonesia berada diperingkat ke-3 di Asia Tenggara soal serangan ransomware.
Fakta tersebut diungkapkan oleh Palo Alto Networks yang merupakan sebuah perusahaan keamanan siber terkemuka.
Serangan ransomware sendiri, adalah sejenis virus malware yang menyerang perangkat dengan sistem enkripsi file, yang mengakibatkan komputer atau laptop tidak dapat membaca data.
Namun, virus malware ini dapat dihilangkan selama ada kode enkripsi, agar serangan ransomware yang berbahaya dapat hilang.
Di Indonesia sendiri, serangan ransomware meningkat mendekati angka 30 persen dan 14 kasus lainnya dilaporkan di berbagai kasus utama dalam kehidupan seseorang.
Masih menurut laporan Palo Alto Networks, serangan ransomware dilakukan oleh para pelaku untuk menekan organisasi.
Bahkan, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyebutkan bahwa serangan ransomware merupakan sebuah serangan siber yang paling umum terjadi selama 2022, selain pembobolan.
Indonesia sendiri dalam hal serangan siber, kata BSSN, telah menyumbang sebanyak 50 persen kasus pada tahun 2022.
Gangguan serangan ransomware, biasanya terjadi lewat panggilan telpon dan email yang meminta pada seorang individu sejumlah tebusan.
Berdasarkan data ini, Palo Alto Networks menyebut, Indonesia menempati posisi 3 soal serangan ransomware di Asia Tenggara.
Selain di Indonesia dan Asia Tenggara, di Asia Pasifik sendiri, serangan ransomware meningkat sebanyak 35,4 persen dengan total serangan ransomware sebanyak 302.
Taktik-taktik pemerasan yang dilakukan oleh para pelaku serangan ransomware sangat besar, demi mendapatkan tembusan yang juga besar.
Dalam empat jam saja, jumlah korban dari serangan ransomware berjumlah satu orang dan diunggah di situs peretas.
Dengan hampir dari total serangan ransomware terjadi di Indonesia, selama 2022 berjumlah hampir 30 persen.
Tentu saja, para serangan ransomware tidak peduli siapa saja target korban dari serangan siber ini.
Bahkan, serangan ransomware semakin menyerang masyarakat rentan. Seperti rumah sakit dan sekolah.
Soal cara kerja, serangan ransomware akan menyusup dan menduplikasikan dirinya dalam sebuah file sistem Windows dan mengenkripsi seluruh file dengan cepat dalam hitungan detik.
Setelah itu, korban serangan ransomware akan mendapatkan peringatran untuk menebus data-data tersebut dengan sejumlah uang. Biasanya, berupa Bitcoin sebagai alat pembayaran.