Mahasiswa pilih pakai ChatGPT di negara Jepang untuk bikin tugas yang berdasarkan hasil sebuah survei, yang menyebutkan lebih dari 30 persen mahasiswa di Jepang telah menggunakan ChatGPT untuk membuat tugas. Titik lemah pendidikan Jepang?
Meski begitu, para mahasiswa di Jepang tersebut sadar soal potensi yang ditimbulkan oleh ChatGPT yang berbasis dari artificial intelligence (AI) yang merupakan sebuah kecerdasan buatan yang dianggap mampu membantu hidup manusia.
Menggunakan ChatGPT, para mahasiswa di Jepang itu juga mengoreksi jawaban yang telah diberikan oleh artificial intelligence (AI) itu.
Titik Lemah Pendidikan Jepang
Dengan adanya sebuah fakta yang mengatakan, banyak mahasiswa di Jepang menggunakan ChatGPT yang berbasis artificial intelligence (AI), membantu menyoroti titik lemah pendidikan di Jepang.
Seperti, kurang fokusnya pada pengembangan keterampilan menulis para mahasiswa di Jepang.
Meski begitu, banyak pihak yang menyampaikan rasa prihatin akibat adanya mahasiswa yang menggunakan ChatGPT berbasis artificial intelligence (AI) untuk membuat sebuah tugas kuliah.
Hingga, harus dilarang penggunaannya dalam kampus yang disebut sebagai sebuah kecurangan mahasiswa dalam membuat sebuah tugas.
Para mahasiswa pilih pakai ChatGPT di Jepang dalam menggunakan ChatGPT, membantu meningkatkan tulisan mereka dan juga dapat meningkatkan pemikiran mereka sebagai seorang mahasiswa.
Meski begitu, ada juga mahasiswa di Jepang ada yang tidak menggunakan ChatGPT untuk membuat tugas kuliah, karena artificial intelligence (AI) itu sering kali memberikan sebuah jawaban yang salah.
Mahasiswa Pilih Pakai Chat GPT, Perubahan Radikal AI
Selain di dunia game, artificial intelligence (AI) rupanya telah mengalami perubahan radikan bersama Google.
Akibatnya, bikin sejumlah industri menjadi was-was. Begitu juga manusia yang terancam pekerjaannya diambil alih oleh artificial intelligence (AI).
Artificial intelligence atau AI dapat berpotensi hancurkan media online, disebut Google sebagai perubahan paling radikal dalam dunia internet sejak Google Search beroperasi di awal tahun 2000-an.
Kemudian, masih soal artificial intelligence atau AI berpotensi hancurkan media online, bagaikan sebuah bom nuklir yang siap meledak. Padahal, industri media online juga tengah berjuang untuk bertahan hidup.
Teknologi artificial intelligence atau AI pada Google Search, nantinya bakal lebih memudahkan dalam mencari sebuah informasi, tanpa harus masuk dalam sebuah web yang bersangkutan.
Padahal, penerbitan online dan media online, mendapatkan keuntungan dari pengguna yang mengklik dan masuk dalam webnya.
Luncurkan Google Bard, membuat Google sangat berhati-hati. Sebab, Google inginkan model yang lebih kompleks dengan benar.
Baca Juga: Teka-Teki Penemuan Bunker Narkoba di UNM Makassar, Tak Terpakai Sejak Pandemi
Baca Juga: Melihat Ada Kemajuan Sepak Bola di Indonesia, PFA Puji Kinerja Erick Thohir dan PSSI