Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperkirakan akan menambah beban anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik membengkak. Hal tersebut diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers kondisi fundamental ekonomi dan RAPBN di Jakarta , Senin (26/6/2024). Pasalnya saat ini import BBM mengunakan dolar Amerika Serikat (AS) yang dalam anggaran dipatok Rp 15.000 per USD, sedangkan saat ini rupiah telah mencapai Rp 16.400 per USD.
“ Pengaruhnya terhadap belanja-belanja yang denominasinya menggunakan currency asing seperti subsidi Listrik, subsidi BBM yang sebagian bahannya import. Maka nanti ada yang disebut efek rembesan itu dari rupiah yang bergerak ke dalam,” ungkap Sri Mulyani.
Baca Juga : Dukung UMKM, Menkeu Sri Mulyani Resmikan Gedung PIP
Anggaran Subsidi
Sri Mulyani menambakan, apabila harga komunitas yang sudah ditetapkan di dalam APBN 2024 tidak berubah sedangkan rupiah melemah, maka praktis akan terjadi penyesuaian dari sisi angggaran. Terkait besarnya belanja subsidi yang akan terdampak selisih pelemahan kurs, Sri Mulyani mengatakan akan disesuikan dengan tagihan dari oleh dan PLN setelah total tagihan ditinjau oleh BPKP.