Memperhatikan gizi anak merupakan hal yang paling penting bagi orang tua. Oleh karena itu, daun kelor yang kaya akan vitamin dan bergizi bisa menjadi pilihan makanan untuk memperbaiki kondisi gizi anak.
Kalsium Tinggi
Dikutip dari Antara, dokter spesialis obstetri dan ginekologi dr. Andree Hartanto, Sp.OG mengungkapkan bahwa penelitian menunjukkan bahwa daun kelor memiliki kalsium lebih tinggi empat kali dari susu dan vitamin C tujuh kali lebih tinggi dari jeruk.
Hal itu disampaikan oleh Andree saat menggelar acara bersama IKKT Pragati Wira Anggini di Jakarta pada Senin, 30 Oktober 2023.
“Penelitian menunjukkan bahwa daun kelor memiliki kalsium lebih tinggi empat kali dari susu dan vitamin C tujuh kali lebih tinggi dari jeruk, apabila dibandingkan per seratus gram,” kata Andree, yang menempuh pendidikan di Universitas Sam Ratulangi, saat gelar wicara bersama IKKT Pragati Wira Anggini.
Baca Juga: Profil dan Biodata Gelandang Persib Levy Clement Madinda Fokus Menang di Kandang
Protein Nabati yang Tinggi
Tidak hanya kaya akan vitamin dan kalsium, dokter spesialis obstetri dan ginekologi itu berkata bahwa daun kelor memiliki tingkat protein nabati tertinggi dari semua sayur serta kaya kalsium, vitamin C, vitamin B, dan zat besi.
Andree melanjutkan, sudah banyak jurnal ilmiah yang membuktikan manfaat daun kelor bagi kesehatan tubuh, khususnya bagi perbaikan gizi anak-anak yang mengalami stunting.
“Meskipun tidak ada susu sapi, Tuhan menciptakan daun kelor yang tinggi kalsium dan vitamin D juga,” lanjut Andree.
Baca Juga: Fakta-Fakta Oklin Fia, Selebgram yang Viral Jilat Batang Es Krim
Meningkatkan Zat Besi Bagi Ibu Hamil
Daun kelor juga sangat bermanfaat bagi ibu hamil karena makanan tersebut dapat meningkatkan zat besi sebelum dan saat kehamilan serta saat menyusui sehingga menurunkan risiko anak mengalami stunting.
Meski demikian, Andree menjelaskan bahwa mengonsumsi daun kelor saja tidak cukup untuk memulihkan kondisi fisik anak yang terdampak stunting. Ibu juga harus memastikan anaknya mengonsumsi protein hewani dan protein nabati lainnya secara cukup dan seimbang.
Lebih lanjut, Andree juga mengungkapkan bahwa penanganan stunting juga memerlukan strategi yang holistik selain hanya memastikan konsumsi makanan yang bergizi bagi anak-anak.
Sekedar informasi bahwa kasus stunting di Indonesia pada kurun 2022 mencapai 21,6 persen dari populasi balita, menurun dari angka setahun sebelumnya yang berkisar 24,4 persen. Sementara itu, pemerintah menargetkan jumlah kasus stunting pada 2024 menurun hingga angka 14 persen.