INVERSI.ID – Platform Vidio kembali menghadirkan sebuah karya baru yang terbilang berbeda dari yang sudah pernah ada. Berjudul Zona Merah, original series teranyar dari Vidio itu disutradarai oleh Sidharta Tata dan Fajar Martha Santosa. Dibilang berbeda, karena Zona Merah menawarkan pengalaman menonton yang belum pernah ada sebelumnya di Indonesia dengan membawa penonton ke dalam dunia apokalips yang penuh ketegangan.
Zona Merah yang diproduksi oleh Screenplay Films dan rencananya baru akan bisa disaksikan mulai awal November 2024 mendatang. Zona Merah menghadirkan para aktor berbakat seperti Aghniny Haque, Andri Mashadi, Lukman Sardi, Devano Danendra, Maria Theodore, Ruth Marini dan Ratna Riantiarno.
Bagi Sidharta Tata, serial tersebut tak ubahnya seperti lompatan besar kreativitas dari yang pernah ada sebelumnya.
“Zona Merah menjadi lompatan baru dalam kreativitas saya sebagai seorang sutradara dan penulis. Bersama rekan saya, Fajar Martha Santosa dan kawan-kawan dari Penakawan, kami menggarap cerita yang terinspirasi dari kisah nyata tentang kejahatan terstruktur dari sekelompok elit, yang kemudian digabung dengan cerita urban legend,” jelas Sidharta Tata dalam keterangannya.
“Kalau selama ini saya berpengalaman menggarap film atau series bergenre action, horor. Kini saya menggabungkannya menjadi sebuah thriller yang lebih kompleks dan daya mencekam lebih dahsyat dengan kemunculan mayit-mayit hidup,” sambungnya kemudian.
baca juga: Gading Marten Umbar Pengalaman Pribadi di Serial Menduda
Sementara itu, Fajar Martha Santosa mengungkapkan bahwa dalam proses berkaryanya, ia besama tim mencoba berimajinasi tentang hal di luar nalar dan memasukkannya ke dalam konten bermuatan lokal. Hasilnya, sebuah cerita yang menggambarkan mencekamnya kehadiran zombie yang sudah familiar di cerita-cerita luar, dibuat dalam versi Indonesia.
“Waktu itu kami membayangkan kalau dunia sudah mengenal zombie, jauh sebelum Zona Merah dibuat. Dan jangan salah, itu menguntungkan. Kita tidak perlu membuat kerumitan lain soal zombie. Nah, karena kami juga ingin kita punya zombie kita sendiri, maka dipilihlah nama yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia, yaitu mayit,” jelas Fajar.
“Nah ini berkaitan dengan treatment yang kami lakukan. Mayit kita ini lokal. Selokal kamu akan ketemu mayit yang pakai sarung, nggak pakai sepatu, pakai kebaya, ompong dan lain-lain. Mayit kita juga bergerak dengan penciuman, jadi lebih unik. Mereka punya karakter khusus termasuk ada kelemahan tertentu. Ini yang menjalin cerita menjadi semakin seru,” tambah Fajar.
Mayit dalam Zona Merah bukan sekadar zombie biasa. Kemunculan para mayit ini tidak lepas dari adanya Cawan Hantu, alias bunga bangkai yang dipercaya oleh sebagian masyarakat tertentu sebagai sumber dari segala bala. Bagaimana cawan hantu ini menjadi awal malapetaka?
Dalam setiap episode, penonton akan dibawa menyelami bagaimana para mayit ini muncul dan berkembang, serta ancaman-ancaman baru yang mereka bawa. Keunikan mayit ini tidak hanya menambah ketegangan, tetapi juga membuat penonton penasaran akan bagaimana karakter-karakter dalam cerita ini bertahan hidup dan mengatasi teror yang terus berkembang.
*Ayo ikuti Inversi.id di Google News untuk mendapatkan informasi yang update seputar dunia hiburan, lifestyle, hingga berbagai berita menarik lainnya.