Ritual Tiban Ada Wasitnya
Ritual Tiban dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing dipimpin oleh seorang wasit. Diiringi alunan gamelan yang merdu, para peserta saling adu cambuk yang terbuat dari ranting pohon aren di atas ring.
Dua peserta bertarung dengan bertelanjang dada. Mereka duel di atas panggung dengan memegang cambuk. Saat satu di antara mereka menyerang dengan cambukan ke bagian tubuh, lawannya berupaya menangkis dengan cambuk.
Akibat cambukan tersebut, pada tubuh peserta akan mengeluarkan darah.
Dahulu, dipercaya bahwa semakin banyak darah yang tertumpah, maka hujan akan semakin cepat turun. Meskipun tradisi ini mengandung unsur kekerasan, namun tidak ada rasa dendam di antara para peserta.
Justru, setelah ritual selesai, mereka saling bermaafan dan bahkan membantu mengobati luka satu sama lain. Semangat persaudaraan dan gotong royong ini menjadi nilai penting yang tertanam dalam tradisi Tiban.
Tradisi Tiban tidak hanya dilestarikan oleh masyarakat Blitar, tetapi juga di daerah lain seperti Tulungagung dan Trenggalek. Tradisi ini menjadi bukti kekayaan budaya dan kearifan lokal masyarakat Jawa Timur yang patut dilestarikan.