Analisis Manusia Berkendara
Cahaya yang berfluktuasi juga dapat menjadi masalah, mendatangkan malapetaka pada algoritma dan menyebabkan kebingungan dalam sistem. Sebaliknya, objek dalam bayangan mungkin tidak terdeteksi sama sekali.
Hal ini didukung oleh uji tabrak yang secara konsisten menunjukkan kendaraan terlambat mengerem atau gagal berhenti sama sekali untuk simulasi pejalan kaki atau hewan.
Kesadaran situasional disebut-sebut sebagai titik masalah yang mungkin terjadi pada sistem otomatis saat ini. Sensor dan kamera mungkin tidak mendeteksi semua hambatan di lokasi dinamis seperti persimpangan, namun lebih dari itu.
Studi tersebut menunjukkan bahwa sistem yang ada saat ini umumnya “melihat” area yang relatif dekat dengan kendaraan. Jika manusia mungkin melihat kabut tebal dalam jarak setengah mil dan mengambil tindakan pencegahan, mobil yang dikendalikan secara otonom akan terus melaju.
Baca juga: Alasan Konsumen Pilih Kendaraan Listrik Bekas, Kenapa Enggak?
Ada bukti yang mendukung hal ini lewat penelitian tindakan yang diambil sebelum tabrakan, sebagian besar kendaraan di bawah kendali otonom melaju lurus dan dengan kecepatan konstan sebelum manuver darurat dilaksanakan.
Sementara mobil yang dikendarai manusia menunjukkan lebih banyak kasus melambat dan berpindah jalur sebelum terjadi tabrakan.
Studi ini memperhitungkan sejumlah besar variabel untuk sampai pada kesimpulan ini, namun kesimpulannya jelas bahwa sistem bantuan pengemudi yang ada sekarang hanyalah bantuan.
Otomatisasi bekerja dengan baik pada jalur lurus, namun lebih banyak data harus dikumpulkan dan dipelajari sebelum pengemudian Level 4 yang tanpa perlu memegang kemudi dan fokus menyetir dapat menjadi kenyataan.