Perbedaan Misoginis dan Seksis, Sering Dianggap Sama
Ini termasuk perempuan yang mandiri atau lebih berprestasi daripada laki-laki. Misoginis dapat berujung pada tindakan koersif dan represif, seperti yang terjadi dalam kasus Ronald Tannur yang menganiaya kekasihnya, DSA, hingga meninggal dunia.
Tindakan ini termasuk dalam kategori femisida, yaitu pembunuhan perempuan yang didorong oleh kebencian dan ketidaksetaraan gender.
Kriminolog dari Universitas Indonesia, Mamik Sri Supatmi, menegaskan bahwa femisida berbeda dari pembunuhan biasa karena melibatkan dimensi kebencian terhadap perempuan. Korban femisida dapat mencakup istri, pasangan, atau pekerja seks.
Di sisi lain, seksis merujuk pada prasangka atau diskriminasi yang berdasarkan jenis kelamin, khususnya terhadap perempuan. Seksis mencakup perilaku, kondisi, atau sikap yang memperkuat stereotip peran sosial berdasarkan gender.
Baca juga: Split Bill, Memahami Konsep dan Etikanya
Seksisme berfokus pada pemikiran yang menganggap laki-laki sebagai pihak yang superior, sedangkan perempuan dianggap inferior.
Misalnya, ketika seorang perempuan tidak dapat mencapai puncak karier sebagai pengambil keputusan, dengan alasan bahwa posisi tersebut seharusnya diisi oleh laki-laki yang dianggap lebih rasional dan tegas. Stereotip ini berakar dari keyakinan bahwa perempuan seharusnya tidak bekerja dan lebih baik menjadi ibu rumah tangga.
Secara keseluruhan, misoginis adalah bentuk seksisme yang lebih ekstrem dan represif. Sementara semua tindakan misoginis adalah seksis, tidak semua bentuk seksis dapat dianggap misoginis. Misoginis berakar dari pemikiran dan sikap seksis yang lebih luas.
Baca juga: 2NE1 Konser di Jakarta, Catat Tanggal Comebacknya