Belakangan ini pondok pesantren (ponpes) Al Zaytun tengah menjadi sorotan publik karena diduga mengajarkan pendidikan menyimpang dari syariat Islam.
Panji Gemilang sebagai pimpinan pondok pesantren itu diketahui mengajarkan aturan nyeleneh mulai dari mengubah kalimat syahadat hingga melaksanakan haji tanpa harus pergi ke Mekkah.
Lantas bagaimana cara naik haji versi Ponpes Al Zaytun yang dinilai menyesatkan? Berikut penjelasannya.
Naik Haji ke Ponpes Al Zaytun
Mantan Pengurus Ponpes, Ken Setiawan mengungkapkan bahwa Panji Gumilang mengajarkan ibadah haji tidak perlu dilakukan di Tanah Suci Mekkah, tapi di ponpes Al Zaytun.
Dalam satu kesempatan, Ken Setiawan menyampaikan bahwa Panji Gumilang mengajarkan pada para santri cukup beribadah haji dengan mengunjungi ponpes pada 1 Muharram.
“Ibadah haji nggak perlu ke Mekkah, cukup datang ke Al Zaytun setiap satu tahun sekali pada 1 Muharram,” kata Ken Setiawan.
Ken menjelaskan pada tanggal itu, semua Korwil Ponpes Al Zaytun dan para santri melakukan ritual haji sehingga suasana menjadi ramai. Namun ritual haji yang dilakukan bukan mengelilingi Ka’bah, melainkan mengeliling pesantren Al Zaytun.
“Di dalam itu sekitar 250 ribu jamaah hadir semua, masing-masing Korwil juga melakukan ritual ibadah Haji. Keliling tawaf misalnya, kita bukan keliling Ka’bah tapi keliling pesantren yang luasnya 1.200 hektar,” jelas Ken.
“Kita bertakbir Allahu Akbar bahwa inilah Islam ini besar, mewah, megah, lengkap fasilitasnya,” lanjut ken.
Cara Tawaf Al Zaytun sangat Berbeda
Kemudian untuk cara tawaf yang dilakukan oleh pondok pesantren Al Zaytun, menurut Ken juga sangat berbeda dibanding ibadah haji pada umumnya. Korwil dan para santri pun disebut menyuarakan fasilitas ponpes Al Zaytun.
“Tawaf itu mengakbarkan Al Zaytun dengan segala kelengkapan fasilitasnya. Saya rasa semua orang yang ke sana mengucap Subhanallah, besar sekali, luas sekali,” ungkap Ken.
Cara Melempar Jumrah
Selain itu, Panji Gumilang juga mengajarkan cara melempar jumrah sangat berbeda. Tidak dengan kerikil seperti di Mekkah, namun dengan bahan bangunan dalam bentuk uang.
“Ada juga istilah lempar jumrah kalau di Mekkah menggunakan kerikil. Jika di Mekkah umumnya melempar jumrah dengan kerikil, di ponpes Al Zaytun para jamaah diminta melempar ‘semen’ dalam bentuk uang,” tutur Ken.
Ken menjelaskan setiap orang yang akan datang ke sana, misalnya dari Jakarta di akhir sesi akan ada sambutan Syekh Panji Gumilang.
“Jadi tiap orang yang datang ke sana dari rombongan wilayah mana nanti di akhir sesi sambutan Syekh Panji Gumilang, ada ritual melempar jumrah, misalnya dari Jakarta ada Rp1 miliar. Ini melempar jumrah tidak pakai kerikil tapi dulu minimal dengan tujuh sak semen dalam bentuk duit,” pungkas Ken.