“Kita punya beasiswa untuk fakultas kedokteran. Namun, kuota untuk daerah DTPK tidak banyak karena harus bersaing dengan anak-anak dari kota. Sedangkan, anak-anak dari kota ini karena beasiswa akan ke daerah yang dokter spesialisnya kosong,” jelas drg Ade
Namun, karena dia bukan orang sana, begitu selesai masa pengabdian, dia pergi. “Padahal, kita inginnya dia mengabdi di sana. Beasiswa itu memang tidak signifikan untuk mengatasi kekosongan yang ada. Padahal, pemerintah meningkatkan semua fasilitas di rumah sakit di daerah,” tuturnya drg. Ade.
Namun, lanjut dia, hospital based ini berbeda. Program ini justru mengutamakan anak-anak dari daerah yang kekurangan dokter spesialis. Kemudian, mereka akan bersekolah dan langsung direkrut menjadi pegawai di rumah sakit tersebut dan mereka juga akan mendapatkan fasilitas menjadi PNS.
Baca juga: Biodata dan Profil Budi Santoso, Dekan FK Unair Dicopot usai Tolak Dokter Asing
Menurut drg. Ade, pada angkatan pertama (batch 1) ini terdapat enam program studi di 6 RSPPU dengan total 52 peserta per semester, yaitu:
- 10 orang per semester, Program Studi Spesialis Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta.
- 10 orang per semester, Program Studi Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi di RSO Prof Dr. R.Soeharso, Surakarta.
- 10 orang per semester, Program Studi Spesialis Neurologi di RS Pusat Otak Nasional, Jakarta.
- 8 orang per semester, Program Studi Spesialis Ilmu Kesehatan Mata di RS Mata Cicendo, Bandung.
- 8 orang per semester, Program Studi Spesialis Ilmu Kesehatan Anak di RSAB Harapan Kita, Jakarta.
- 6 orang per semester, Program Studi Spesialis Onkologi Radiasi di RS Kanker Dharmais, Jakarta.