Letusan Gunung Marapi di Sumatera Barat (Sumbar) yang terjadi pada Minggu (3/12/2023) sekitar pukul 14.53 WIB tidak hanya mengakibatkan semburan vulkanik yang menghujani pemukiman warga, namun kejadian tersebut membuat sekitar 75 orang pendaki terjebak.
Lebih ironisnya lagi, 11 dari pendaki tersebut dinyatakan meninggal dunia, sementara 12 orang lainnya masih dinyatakan hilang dan dilakukan upaya pencarian.
Kenapa begitu banyak para pendaki sedang berada di puncak Marapi saat gunung tersebut erupsi? Apakah sebelumnya tidak ada tanda-tanda bahwa gunung tersebut akan erupsi, sehingga banyak orang yang melakukan pendakian?
Baca juga: Fakta-fakta Gunung Marapi Erupsi, Ada Pendaki yang Tewas dan Terjebak
Berdasarkan keterangan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) letusan Gunung Marapi memang tidak didahului oleh tanda-tanda berupa peningkatan gempa vulkanik yang signifikan.
Letusan Gunung Marapi yang tiba-tiba tanpa tanda-tanda yang mendahului, dijelaskan oleh Ketua Pos Pengamatan Gunung Marapi Ahmad Rifandi.
“Karena tidak terdeteksi peningkatan gempa VA (Gempa Vulkanik-Dalam) secara signifikan dan yang kedua tiltmeter yang bereaksi adalah tiltmeter puncak,” jelas Ahmad kepada wartawan, Senin (4/12/2023).
“Jadi dari tiltmeter terjadi peningkatan tekanan di kedalaman dangkal, namun pemicu pelepasan tekanan itu belum bisa kita tentukan karena dari data kegempaan tidak ada indikasinya,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ahmad menerangkan bahwa Gunung Marapi memiliki tipe letusan freatik yang dipengaruhi oleh gas sehingga erupsi bisa terjadi secara tiba-tiba. Karena alasan itulah dibuatkan imbauan agar masyarakat tidak boleh memasuki radius tiga kilometer dari puncak Gunung Marapi. “Untuk erupsi susulan masih terjadi,” kata Ahmad.
Baca juga: 11 Pendaki Tewas Usai Erupsi Gunung Marapi, 12 Orang Masih Hilang
Dalam kesempatan yang sama Ahmad menambahkan bahwa pada Minggu sejak 14.53 WIB hingga 23.59 WIB tercatat sudah 36 kali letusan dan 16 kali embusan. Sementara pada Senin (4/12/2023) dari 00.00 WIB hingga 06.00 WIB, tercatat sudah sembilan kali letusan, dan 43 kali hembusan.
Menurut Ahmad, letusan yang terjadi sepanjang hari ini kolom abunya belum terpantau. “Ketinggian kolom belum teramati, karena tertutupi awan,” katanya.