INVERSI.ID – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menegaskan bahwa pembenahan sistem pendidikan di wilayahnya tidak bisa lagi hanya berfokus pada nilai akademik. Dalam kunjungannya ke Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (5/4), ia menyampaikan bahwa pendidikan harus kembali kepada akar utamanya yakni pembentukan karakter dan penanaman disiplin sejak dini.
Larangan Pelajar Bawa Motor Jadi Langkah Awal Disiplin
Salah satu kebijakan tegas yang mulai diterapkan Pemprov Jabar adalah larangan membawa sepeda motor ke sekolah bagi siswa yang belum cukup umur. Tujuannya bukan hanya untuk keselamatan, tetapi juga untuk membentuk rasa tanggung jawab.
Kalau belum waktunya bawa motor, jangan dipaksakan. Kalau tetap nekat, bisa dikeluarkan dari sekolah,” ujar Dedi dengan nada serius.
Kebijakan ini diharapkan mampu menekan angka kecelakaan lalu lintas dan membangun kesadaran hukum di kalangan pelajar.
Uang Saku Dibatasi, Pelajar Diajak Belajar Menabung
Tak hanya urusan transportasi, Gubernur Dedi juga menyoroti kebiasaan konsumtif siswa. Ia menyarankan agar uang saku pelajar dibatasi dan diganti dengan pembiasaan menabung.
“Anak-anak harus belajar menabung, bukan cuma belanja. Ini bekal penting untuk masa depan mereka,” katanya.
Menurutnya, pembiasaan ini bisa membentuk mental mandiri dan pola pikir hemat sejak usia sekolah.
Siswa Berakhlak Baik Wajib Naik Kelas
Dalam sistem pendidikan yang akan diterapkan, nilai budi pekerti akan memiliki bobot penting dalam proses kenaikan kelas. Dedi menegaskan bahwa siswa dengan sikap dan akhlak baik harus lebih dihargai daripada yang hanya unggul secara akademik.
“Pintar itu penting, tapi akhlak lebih utama. Kalau pintar tapi kelakuannya buruk, ya gak layak naik kelas,” tegasnya.
Kebijakan ini diharapkan mampu mengubah cara pandang sekolah dan orang tua terhadap indikator keberhasilan pendidikan.
Bantu Orang Tua Jadi Nilai Tambahan
Menariknya, Pemprov Jabar juga ingin memasukkan aktivitas siswa membantu orang tua di rumah sebagai bagian dari penilaian sekolah. Menurut Dedi, sikap peduli terhadap keluarga adalah wujud nyata pendidikan karakter.
“Membantu orang tua itu bukan cuma tanggung jawab di rumah, tapi bagian dari pendidikan yang harus dihargai,” tambahnya.
Langkah ini sekaligus mendorong siswa untuk lebih peduli, mandiri, dan punya empati sosial.***