INVERSI.ID – Di usia remaja, hidup terasa seperti rollercoaster. Sekolah dihadapkan dengan ujian dan tugas yang nggak ada habisnya, pergaulan makin luas tapi juga makin kompleks, dan media sosial terus-menerus membombardir dengan informasi serta ekspektasi. Kadang, semua ini terasa melelahkan, tapi anehnya tetap sulit untuk berhenti. Rasanya ada dorongan untuk selalu aktif, selalu update, dan selalu terhubung dengan orang lain.
Di tengah kesibukan itu, me-time sering kali dianggap nggak penting atau malah bikin takut kesepian. Padahal, mengambil waktu untuk diri sendiri bukan berarti antisosial atau nggak peduli sama sekitar. Justru, ini adalah cara terbaik buat menjaga kesehatan mental, mengenal diri sendiri, dan tetap waras di tengah dunia yang serba cepat.
Banyak remaja merasa tertekan karena harus menyeimbangkan akademik, ekspektasi keluarga, serta kehidupan sosial. Di satu sisi, ada tuntutan untuk berprestasi di sekolah, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, dan mempersiapkan masa depan.
Di sisi lain, ada tekanan dari pergaulan, persahabatan, hingga urusan asmara yang juga bisa bikin pusing. Ditambah dengan media sosial yang selalu memperlihatkan kehidupan orang lain yang tampak lebih seru dan sempurna, wajar kalau akhirnya merasa stres dan overthinking.
Saat pikiran sudah penuh, tubuh dan otak butuh istirahat. Me-time adalah kesempatan untuk berhenti sejenak, menarik napas, dan menikmati waktu tanpa gangguan. Ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti mendengarkan musik favorit tanpa harus membalas chat siapa pun, membaca buku yang benar-benar disukai, atau sekadar duduk santai sambil menikmati suasana tanpa memikirkan tugas atau notifikasi HP.
Selain sebagai cara melepas stres, me-time juga membantu remaja untuk lebih mengenal diri sendiri. Di usia ini, banyak yang masih mencari jati diri dan mencoba memahami apa yang sebenarnya mereka inginkan. Kadang, tanpa sadar, keputusan yang diambil lebih banyak dipengaruhi oleh pendapat teman atau ekspektasi lingkungan. Dengan meluangkan waktu sendiri, seseorang bisa lebih fokus pada apa yang benar-benar ia rasakan dan pikirkan tanpa distraksi dari luar.
Selain itu, me-time juga berperan besar dalam mengurangi drama sosial. Remaja sering kali terjebak dalam lingkaran pertemanan yang penuh dengan gosip, persaingan, atau perasaan ingin selalu diterima.
Mengambil jarak sejenak bisa membantu melihat suatu masalah dengan lebih jernih dan menghindari keputusan yang impulsif.
Banyak yang takut menikmati waktu sendiri karena merasa akan kesepian. Padahal, me-time yang berkualitas justru bisa bikin seseorang merasa lebih tenang dan bahagia.
Kuncinya adalah menemukan cara yang paling cocok untuk dinikmati. Misalnya, bagi yang suka bergerak, olahraga ringan seperti jalan santai atau bersepeda sendirian bisa jadi pilihan. Bagi yang lebih suka kegiatan santai, journaling atau menggambar bisa membantu menenangkan pikiran.
Di dunia yang semakin sibuk dan penuh distraksi, me-time bukanlah sebuah kemewahan, tapi kebutuhan. Bukan berarti harus menghindari teman atau menutup diri dari dunia luar, tapi lebih ke menemukan keseimbangan agar tetap bisa berinteraksi dengan orang lain tanpa kehilangan diri sendiri.
Dengan meluangkan waktu untuk diri sendiri, remaja bisa lebih siap menghadapi tekanan hidup dan menjalani hari dengan lebih positif.***