INVERSI.ID – Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi semakin pesat dengan internet serta media sosial menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, penggunaan ruang digital yang aman memerlukan kecerdasan dan kebijaksanaan.
Sebelum pandemi, lebih dari 196,7 juta warga Indonesia telah terhubung dengan internet, dengan 26,4 juta di antaranya tinggal di Jawa Timur. Data menunjukkan 79,66% rumah tangga di provinsi ini memiliki akses internet, sementara penggunaan gawai dan media sosial di kalangan usia 16–24 tahun mencapai lebih dari 90%.
Kepala Program Perlindungan Anak UNICEF, Milen Kidane, menekankan pentingnya pondasi yang kuat dalam menghadapi tantangan digital. Disrupsi teknologi yang cepat membutuhkan kolaborasi antara orang tua dan anak untuk memastikan keamanan digital.
“Butuh komitmen untuk bijak dalam bermedia sosial dan ruang digital, serta dialog yang baik antara orang tua dan anak,” ujarnya dalam peluncuran Instagram heroremaja.id di Surabaya, Sabtu (22/2/2025).
Inisiatif ini merupakan kolaborasi Yayasan PLATO, Pemkot Surabaya, dan UNICEF untuk mempromosikan internet aman.
Maraknya eksploitasi seksual anak di dunia maya (OCSEA), cyberbullying, sexting, dan kejahatan daring lainnya berdampak pada kesehatan mental anak dan remaja.
Sayangnya, sekitar 56% anak tidak pernah melaporkan insiden yang mereka alami. Oleh karena itu, edukasi tentang keamanan digital menjadi kunci utama.
Ketua Forum Anak Kota Surabaya, Monita Rizki Taufani, menambahkan bahwa anak-anak memanfaatkan media sosial untuk aktualisasi diri dan branding. Sementara itu, Direktur Plato Foundation, Dita Amalia, menyoroti pentingnya peringatan Hari Internet Aman Sedunia 2025, yang bertema “Together for a Better Internet”. Fokusnya adalah melindungi anak dan remaja dari ancaman daring serta memberikan dukungan yang tepat bagi mereka.