INVERSI.ID – Memasuki tahun 2025, banyak pencari kerja, terutama dari generasi Z, berharap bisa membangun karier yang lebih stabil. Survei terbaru menunjukkan bahwa 87% dari mereka optimis mendapatkan pekerjaan baru, dan 45% percaya bahwa kondisi ekonomi saat ini dapat memberikan dampak positif bagi karier mereka. Namun, realitas di lapangan tidak selalu sejalan dengan ekspektasi tersebut.
Meskipun banyak yang berharap mendapatkan kenaikan gaji atau promosi dalam waktu dekat, kenyataannya, proses pencarian kerja tetap menjadi tantangan besar. Data dari LinkedIn menunjukkan bahwa jumlah pelamar per lowongan mengalami peningkatan drastis, yang membuat persaingan semakin ketat. Bahkan, banyak pencari kerja yang sudah berusaha sejak 2024 masih belum mendapatkan posisi yang sesuai hingga saat ini.
Pertanyaannya, apakah kesulitan ini disebabkan oleh kurangnya keterampilan atau ekspektasi yang terlalu tinggi? Berikut adalah beberapa faktor utama yang membuat Gen Z menghadapi tantangan dalam mencari pekerjaan di tahun 2025.
Sulit Menentukan Kesesuaian dengan Pekerjaan
Banyak generasi Z mengalami kesulitan dalam menentukan apakah suatu pekerjaan cocok untuk mereka. Kurangnya pengalaman dalam membaca deskripsi pekerjaan serta memahami kebutuhan industri menjadi hambatan utama.
Sebuah survei menunjukkan bahwa hampir 40% dari mereka merasa ragu dalam menilai apakah posisi yang dilamar benar-benar sesuai dengan kemampuan dan minat mereka.
Kesenjangan Keterampilan dengan Kebutuhan Industri
Seiring dengan perubahan teknologi yang pesat, banyak pekerjaan kini membutuhkan keterampilan baru yang tidak semua pencari kerja miliki. Lebih dari sepertiga Gen Z mengaku belum yakin apakah keterampilan mereka relevan dengan tuntutan perusahaan. Hal ini menunjukkan pentingnya pembelajaran berkelanjutan agar tetap kompetitif di pasar tenaga kerja.
Fenomena Ghosting oleh Perekrut
Salah satu kendala lain yang dialami oleh pencari kerja adalah fenomena ghosting, di mana mereka tidak mendapatkan respons setelah melamar pekerjaan. Hampir 49% pencari kerja dari generasi ini mengaku mengalami hal tersebut, dengan 40% di antaranya merasa bahwa situasi ini lebih buruk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Ketidakpastian ini sering kali menyebabkan frustrasi dan kebingungan mengenai harapan perusahaan terhadap kandidat.
Persaingan yang Semakin Ketat
Banyak pencari kerja mengadopsi strategi dengan mengirimkan lamaran sebanyak mungkin untuk meningkatkan peluang mendapatkan pekerjaan. Namun, meskipun 41% dari mereka telah mengirim lebih banyak lamaran dibandingkan sebelumnya, tingkat respons yang mereka terima justru menurun.
Ini menunjukkan bahwa kuantitas bukanlah satu-satunya faktor penentu keberhasilan dalam mencari pekerjaan, melainkan juga strategi yang lebih terarah dan efektif.
Meskipun tantangan ini cukup berat, masih ada peluang bagi Gen Z untuk sukses di dunia kerja. Sebanyak 51% dari mereka terbuka untuk menjajaki industri baru, sementara 25% berencana untuk meningkatkan keterampilan mereka agar lebih sesuai dengan kebutuhan pasar. Dengan pendekatan yang tepat dan kesiapan untuk beradaptasi, generasi ini masih memiliki kesempatan besar untuk berkembang di era persaingan kerja yang semakin ketat.***