Mengembangkan dan Melestarikan Kearifan Lokal Butuh Dukungan

inversi
By inversi

Indonesia, dengan kekayaan budaya dan tradisi yang beragam, memiliki kearifan lokal yang menjadi identitas bangsa. Namun, di tengah arus globalisasi dan modernisasi, kearifan lokal ini menghadapi tantangan serius untuk tetap eksis dan berkembang. Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, menegaskan bahwa tanpa dukungan nyata dari berbagai pihak, pelestarian dan pengembangan warisan budaya ini akan sulit terwujud.

“Kita harus memastikan kearifan lokal tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan memiliki daya saing. Untuk itu, dukungan nyata dari semua pemangku kepentingan sangat dibutuhkan,” ujar Lestari dalam keterangannya.

Pernyataan tersebut disampaikan saat menerima panitia Jepara International Furniture Buyer Weeks (JIF-BW) 2025 di rumah dinasnya di Jakarta. Hadir dalam audiensi tersebut antara lain Ketua Panitia JIF-BW 2025 Muhammad Alhaq, Sekretaris Panitia Achmad Fawwaz Bahaudin, perwakilan Konsorsium Jepara Gerak Muhammad Jamhari, serta Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI, Dr. Radityo Ariyanto.

Lestari menekankan bahwa promosi yang masif melalui media massa, pameran, dan literasi dalam bentuk buku dapat memperluas jangkauan kearifan lokal ke tingkat nasional hingga internasional. “JIF-BW 2025 yang akan digelar pada 9-23 Maret 2025 menjadi momentum penting dalam upaya pelestarian kearifan lokal, khususnya ukiran Jepara,” ujarnya.

Sebagai anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah, Lestari menilai bahwa langkah-langkah promosi harus diiringi dengan komitmen kuat dari berbagai pihak agar produk lokal seperti ukiran Jepara mendapat perhatian lebih luas dan memiliki daya saing tinggi.

Lestari juga mendorong agar para pemangku kebijakan, baik di pusat maupun daerah, berperan aktif dalam memperkuat jejaring pengembangan produk berbasis kearifan lokal. “Tanpa jejaring yang solid, upaya pengembangan hanya akan berjalan di tempat. Kita butuh ekosistem yang mendukung, mulai dari regulasi, pendampingan usaha, hingga akses pasar yang lebih luas,” tegasnya.

Dengan jejaring yang kuat, ia optimistis produk kearifan lokal tidak hanya dapat bertahan tetapi juga berkontribusi signifikan dalam pemerataan kesejahteraan masyarakat di seluruh Indonesia.

Selain aspek ekonomi, kearifan lokal juga memiliki peran penting dalam pelestarian lingkungan. Gaya hidup yang serba instan menyebabkan masyarakat cenderung abai terhadap lingkungan. Pemanfaatan kearifan lokal merupakan langkah strategis untuk mengakselerasi pelestarian lingkungan.

“Sebenarnya kearifan lokal yang ada selama ini sudah mengajarkan untuk menjaga kelestarian lingkungan di sekitar kita. Namun seiring dengan perkembangan zaman, kita melupakan apa yang pernah diajarkan para pendahulu kita,” kata Lestari.

Catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa selama Januari-Juli 2023 terjadi 1.862 bencana yang disebabkan kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia. Hal ini menegaskan pentingnya kembali mengedepankan kearifan lokal dalam menjaga lingkungan.

Lestari menekankan bahwa generasi muda harus mampu mengedepankan kearifan lokal untuk menjawab ancaman krisis yang dipicu oleh perubahan iklim global. “Generasi muda merupakan kelompok masyarakat yang tepat untuk menghidupkan kembali kearifan lokal yang dimiliki guna mencegah ancaman kerusakan lingkungan akibat perubahan iklim global,” ujarnya.

Para pemangku kepentingan juga harus mampu mengarahkan lewat sejumlah kebijakan agar kearifan lokal yang dimiliki bangsa dapat dimanfaatkan secara aktif dalam mencegah kerusakan lingkungan.

Pelestarian dan pengembangan kearifan lokal bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat. Dukungan nyata, promosi yang masif, pembangunan jejaring yang kuat, serta peran aktif generasi muda menjadi kunci utama dalam menjaga warisan budaya ini agar tetap hidup dan berkontribusi bagi kesejahteraan bangsa.

TAGGED:
Share This Article
Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *