Indonesia, dengan produksi sampah mencapai 18,99 juta ton per tahun, menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan limbah dan risiko iklim. Namun, di balik tantangan ini, muncul inisiatif inovatif yang mengubah limbah menjadi sumber daya berharga. Salah satunya adalah program “Design Matters Lab” yang diluncurkan oleh British Council Indonesia, menghubungkan desainer dari Eropa dan Indonesia untuk menciptakan solusi kreatif terhadap permasalahan lingkungan.
Program ini menghasilkan lima produk inovatif yang memanfaatkan limbah sebagai bahan dasar. Pertama, Tac_Tiles, alat navigasi intuitif yang menggabungkan beton dan bahan daur ulang, dirancang untuk membantu penyandang disabilitas netra melalui penanda jalan yang dapat diraba. Kedua, Hylume, insulasi dinding akustik berbahan mycelium, jaringan jamur yang ramah lingkungan, menawarkan solusi pengurangan limbah kompleks. Ketiga, Lampoep, pencahayaan ramah lingkungan yang memanfaatkan limbah cair kedelai dan kotoran sapi, menggabungkan keahlian lokal dengan bahan alternatif. Keempat, Cuir Mache, transformasi ceker ayam, yang biasanya dianggap limbah makanan, menjadi bahan bernilai tinggi untuk industri kulit, mendorong inovasi material dan pengelolaan limbah efektif. Terakhir, Espresso, konversi limbah kopi menjadi furnitur serbaguna untuk kedai kopi dan ruang publik, menggabungkan desain fungsional dengan keberlanjutan.
Inisiatif seperti ini menunjukkan bahwa kolaborasi lintas budaya dan disiplin ilmu dapat menghasilkan solusi nyata dalam menghadapi permasalahan lingkungan. Dengan mengubah limbah menjadi produk bernilai, kita tidak hanya mengurangi beban sampah tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru yang berkelanjutan.