Perfeksionisme Akademik: Bagus atau Malah Jadi Beban?

Jack
By Jack

INVERSI.ID – Perfeksionisme akademik adalah sikap yang mendorong seseorang untuk selalu mencapai standar tinggi dalam dunia pendidikan. Bagi sebagian orang, ini bisa menjadi motivasi untuk terus berkembang. Namun, bagi yang lain, perfeksionisme justru menjadi tekanan yang berlebihan hingga berdampak buruk pada kesehatan mental.

Lantas, apakah perfeksionisme akademik itu hal yang baik atau malah menjadi beban?

Di satu sisi, perfeksionisme akademik dapat meningkatkan motivasi dan prestasi seseorang. Mereka yang memiliki kecenderungan ini cenderung bekerja keras untuk mencapai targetnya dan lebih tekun dalam belajar.
Selain itu, kebiasaan ini juga membantu seseorang mengembangkan disiplin diri karena mereka akan lebih teratur dalam mengatur waktu dan menyelesaikan tugas akademik. Saat berhasil mencapai target, mereka merasakan kepuasan dan kebanggaan atas usaha mereka.

Namun, perfeksionisme akademik juga memiliki sisi negatif. Seseorang yang terlalu mengejar kesempurnaan sering kali mengalami stres dan kecemasan berlebihan karena takut gagal. Tekanan ini bisa menyebabkan overthinking, sulit tidur, dan stres akademik.

Selain itu, perfeksionis cenderung takut mengambil risiko karena khawatir hasilnya tidak sempurna. Akibatnya, mereka lebih memilih tugas yang terasa aman daripada mencoba hal baru yang bisa membantu perkembangan diri mereka.

Ada juga rasa tidak pernah cukup yang sering muncul, membuat mereka terus merasa kurang baik dalam setiap usaha yang dilakukan. Hal ini bisa menyebabkan kelelahan mental dan menurunkan rasa percaya diri.

Untuk menjaga keseimbangan agar perfeksionisme akademik tetap menjadi hal yang positif, penting untuk menetapkan target yang realistis. Alih-alih selalu mengejar kesempurnaan, seseorang perlu menetapkan tujuan yang sesuai dengan kemampuan dan memahami bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar.

Fokus pada proses, bukan hanya hasil, juga dapat membantu mengurangi tekanan akademik. Selain itu, mengelola waktu dengan baik, menghindari kebiasaan menunda pekerjaan, dan menjaga kesehatan mental melalui istirahat yang cukup serta bersosialisasi adalah langkah penting untuk menghindari dampak negatif dari perfeksionisme akademik.

Perfeksionisme akademik bisa menjadi dorongan positif untuk meraih prestasi, tetapi juga bisa berubah menjadi beban jika tidak dikelola dengan baik. Yang terpenting adalah menemukan keseimbangan antara bekerja keras dan tetap menjaga kesehatan mental. Dengan begitu, perfeksionisme dapat menjadi kekuatan yang membangun, bukan sesuatu yang menghancurkan.***

Share This Article
Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *