INVERSI.ID – Siswa SMA Negeri 13 Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku, menunjukkan kreativitas mereka dalam mengolah bahan pangan lokal menjadi inovasi kuliner yang unik. Dalam pameran ujian praktik muatan lokal dan prakarya pada Jumat (21/2/2025), mereka memperkenalkan dua hidangan khas, yaitu papeda kelor dan sushi kasbi berbahan dasar singkong.
Papeda, makanan tradisional yang umum ditemukan di Maluku dan Papua, biasanya bertekstur kenyal dengan warna abu-abu transparan serta rasa yang tawar. Namun, melalui sentuhan inovatif para siswa, papeda kini tampil berbeda dengan warna hijau khas daun kelor dan cita rasa yang lebih kaya.
Menurut Jen Warella, guru muatan lokal yang membimbing proyek ini, ide tersebut berasal dari para siswa yang melihat banyaknya tanaman kelor tumbuh di sekitar rumah mereka.
“Mereka ingin menciptakan sesuatu yang bermanfaat dari bahan yang mudah ditemukan. Kelor kaya akan nutrisi, sehingga kami coba padukan dengan papeda,” ujarnya.
Jen, yang juga pemilik usaha Coklat Kelor Majen, menjelaskan bahwa pembuatan papeda kelor cukup sederhana. Prosesnya dimulai dengan menghaluskan daun kelor muda, lalu mengeringkannya hingga menjadi bubuk. Bubuk tersebut kemudian dicampurkan dengan sagu sebagai bahan dasar papeda, lalu diseduh dengan air panas hingga membentuk tekstur kenyal.
“Warna hijaunya alami, tanpa rasa pahit, dan nutrisinya tetap terjaga. Ini bisa menjadi alternatif makanan sehat berbasis pangan lokal,” tambahnya.
Tak hanya papeda, para siswa juga menghadirkan inovasi lain berupa sushi kasbi. Berbeda dari sushi pada umumnya, mereka mengganti nasi dengan singkong rebus yang ditumbuk, sementara kulit nori digantikan dengan daun pepaya jepang yang dikukus setengah layu. Isian sushi pun disesuaikan dengan bahan lokal seperti ikan suwir dan ketimun.
“Bisa juga ditambah dengan silpau atau bunga karang yang tinggi protein. Semua bahannya segar dan tersedia di sekitar kita,” jelas Jen.
Kepala Sekolah SMA Negeri 13, Ellen Bebena Kilikily, mengapresiasi inovasi ini dan berharap para siswa lebih aktif dalam memanfaatkan kekayaan alam sekitar.
“Makanan bergizi tidak harus mahal. Dengan kreativitas, kita bisa mengolah bahan pangan lokal menjadi hidangan yang sehat dan menarik,” katanya.
Selain papeda kelor dan sushi kasbi, siswa juga mengeksplorasi berbagai makanan berbasis bahan lokal lainnya, seperti jagung pulut, koli, ubi, sukun, labu, kelapa, dan kacang merah. Melalui kreasi ini, mereka tidak hanya belajar tentang pemanfaatan sumber daya alam, tetapi juga membuka peluang bagi pengembangan usaha kuliner berbasis pangan lokal.***