Industri perfilman Indonesia telah mengalami perkembangan pesat dalam beberapa dekade terakhir, menghasilkan berbagai karya yang mendapat apresiasi tinggi. Namun, tidak semua film berhasil memikat hati penonton dan kritikus. Beberapa di antaranya justru menuai kritik tajam dan kontroversi. Berikut adalah tujuh film Indonesia yang paling banyak dihujat:
1. Hanum & Rangga (2018)
Disutradarai oleh Benni Setiawan, “Hanum & Rangga” merupakan film drama autobiografi yang mengisahkan perjalanan hidup dan asmara Hanum Salsabiela Rais dan suaminya, Rangga Almahendra. Meskipun dibintangi oleh aktor ternama seperti Rio Dewanto dan Titi Kamal, film ini mendapat kritik karena dianggap mengangkat kisah hidup tokoh yang kurang dikenal masyarakat luas, alur cerita yang membosankan, serta kontroversi terkait yang menyertainya.
2. Angel: Kami Semua Punya Mimpi (2023)
Sebagai sekuel dari “My Idiot Brother” (2014), film ini dibintangi oleh Ari Irham dan Baby Tsabina. Meskipun menampilkan aktor muda berbakat, “Angel: Kami Semua Punya Mimpi” hanya mampu menarik 7.013 penonton. Kritik utama tertuju pada alur cerita yang dianggap kurang menarik dan promosi yang minim, sehingga gagal menarik minat penonton.
3. Dua Surga Dalam Cintaku (2024)
Film bertema cinta dan religi ini menampilkan Yuki Kato sebagai pemeran utama. Ceritanya berfokus pada rumah tangga Arham dan Husna yang terguncang oleh kehadiran Zilka. Meskipun premisnya menarik, film ini hanya ditonton oleh 2.459 orang. Kritik menyebutkan bahwa eksekusi cerita kurang maksimal dan promosi yang tidak efektif sebagai penyebab rendahnya minat penonton.
4. A Bussiness Proposal (2025)
Diadaptasi dari drama Korea populer, film ini diharapkan mampu menarik penonton seperti pendahulunya. Namun, “A Bussiness Proposal” justru gagal memikat hati penonton Indonesia, dengan hanya 19.631 orang yang menonton. Kritikus menilai bahwa adaptasi ini kurang berhasil menangkap esensi dari versi aslinya, ditambah dengan kurangnya promosi yang efektif.
5. Dragon Ball: Evolution (2009)
Meskipun bukan film Indonesia, “Dragon Ball: Evolution” layak disebut karena mendapatkan hujatan yang luar biasa dari penonton global, termasuk di Indonesia. Adaptasi live-action dari anime terkenal ini dikritik habis-habisan karena alur cerita yang jauh menyimpang dari sumber aslinya dan penggambaran karakter yang tidak sesuai ekspektasi penggemar.
6. Identity (2003)
“Identity” adalah film thriller psikologis yang disutradarai oleh James Mangold. Meskipun memiliki premis menarik tentang sekelompok orang yang terjebak di motel terpencil, film ini menerima kritik karena plot twist yang dianggap dipaksakan dan kurangnya pengembangan karakter yang mendalam.
7. Orphan 3 (2024)
Sebagai lanjutan dari seri “Orphan”, film ini diharapkan dapat mengulang kesuksesan pendahulunya. Namun, “Orphan 3” justru menuai kritik karena dianggap kehilangan elemen kejutan dan ketegangan yang menjadi ciri khas seri sebelumnya. Alur cerita yang terkesan repetitif dan kurangnya inovasi membuat film ini kurang diterima oleh penonton.
Kontroversi dan kritik terhadap film-film di atas menjadi refleksi bahwa industri perfilman harus terus berinovasi dan memahami selera serta ekspektasi penonton. Meskipun demikian, setiap karya tetap memiliki nilai dan pelajaran tersendiri bagi perkembangan sinema Indonesia.