INVERSI.ID – Indonesia menghadapi tantangan besar dalam sektor pertanian, salah satunya adalah kurangnya regenerasi petani muda. Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Fadli Zon, menekankan pentingnya peran anak muda dalam memperkuat sektor ini.
Saat ini, mayoritas petani di Indonesia berusia sekitar 50 tahun. Kurangnya minat generasi muda dalam bertani disebabkan oleh anggapan bahwa sektor ini kurang menjanjikan dari segi pendapatan.
“Kita ingin melihat lebih banyak anak muda yang tertarik terjun ke dunia pertanian,” ujar Fadli Zon pada Sabtu (22/2/2025).
Ia menambahkan bahwa diperlukan perubahan cara pandang terhadap pertanian. Dukungan pemerintah menjadi faktor kunci dalam menarik minat generasi muda agar lebih percaya diri untuk berkarier di bidang ini.
“Sebagai contoh, pemerintah telah menetapkan harga pembelian gabah kering panen sebesar Rp 6.500 per kilogram, yang tentunya memberikan keuntungan bagi petani,” jelasnya.
Lebih lanjut, pemerintah juga telah mengambil langkah nyata dengan menghapus kredit macet pertanian, memperluas akses Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta menginisiasi program makan bergizi gratis (MBG).
“Program MBG akan memberikan dampak positif bagi sektor pertanian, karena bahan bakunya berasal dari hasil pertanian seperti beras, sayuran, serta sumber protein seperti ayam dan telur,” tambahnya.
Melalui program Sekolah Tani ke-II yang diadakan oleh Pemuda Tani Indonesia, diharapkan semakin banyak generasi muda yang tertarik dan siap berkontribusi dalam dunia pertanian. Menurut Fadli Zon, regenerasi petani menjadi langkah penting dalam memastikan ketahanan pangan nasional di masa depan.***