Gen Z dan Dunia Kencan Modern, Lebih Pilih Eksplorasi daripada Komitmen?

Jack
By Jack

INVERSI.ID – Generasi Z atau Gen Z dikenal sebagai generasi yang adaptif dengan teknologi dan berpikiran terbuka. Namun dalam urusan asmara, generasi ini menunjukkan pergeseran besar dibandingkan generasi sebelumnya. Di era digital saat ini, kencan tak lagi soal bertemu di taman atau warung kopi, melainkan lewat layar, aplikasi kencan dan media sosial.

Fenomena ini mencerminkan perubahan cara pandang Gen Z terhadap cinta, relasi, dan kerentanan emosional.

Lebih Suka Eksplorasi daripada Hubungan Serius

Menurut survei dari aplikasi explorationship bernama Flure, sebanyak 51 persen Gen Z merasa bahwa kencan tradisional sudah ketinggalan zaman. Bahkan, 61 persen dari mereka ingin mendefinisikan ulang hubungan agar tidak terasa membatasi. Tak mengherankan, jika 42 persen Gen Z menyatakan lebih nyaman dengan hubungan tanpa label.

Alih-alih mengejar status hubungan resmi, banyak anak muda lebih suka menjelajahi dinamika relasi, mengenal lebih banyak orang, dan membiarkan semuanya mengalir. Istilah “eksplorasi” pun mulai menggantikan narasi “komitmen”.

Takut Terluka, Takut Ditolak

Namun, kebebasan ini juga membawa tantangan tersendiri. Banyak Gen Z mengeluhkan sulitnya menemukan koneksi yang tulus. Mereka lebih memilih menjaga jarak daripada menunjukkan perasaan. Ketakutan akan penolakan dan rasa malu menjadi penghambat besar dalam membangun kedekatan emosional.

Fenomena ini juga diperkuat oleh laporan D.A.T.E. Report 2024 dari Hinge, yang menyebutkan bahwa pengguna Gen Z cenderung merasa tertekan dengan ekspektasi dalam berkencan, dan sering kali menghindari pembicaraan emosional yang mendalam.

Aplikasi Kencan Mulai Ditinggalkan

Popularitas aplikasi kencan juga mulai menurun. Dalam survei Flure, 70 persen Gen Z menyebut aplikasi kencan “payah”, dan hanya 6 persen yang ingin mempertahankan formatnya seperti sekarang. Sebagian besar merasa lelah dengan proses “swipe” yang monoton dan tidak manusiawi. Sebanyak 1 dari 6 orang merasa terganggu karena harus menentukan tujuan hubungan sejak awal.

Bukan hanya perempuan yang merasa lelah memilah profil dan berurusan dengan pria yang dinilai kurang dewasa secara emosional, tapi juga para pria Gen Z sendiri yang merasa sulit untuk membangun hubungan yang autentik.

Ramalan: Aplikasi Kencan Akan Menghilang?

Psikolog Leah Levi, dalam wawancaranya bersama Flure, bahkan memprediksi bahwa aplikasi kencan bisa saja “punah” dalam lima tahun ke depan.

“Dulu, situs kencan dianggap sebagai solusi bagi orang yang tidak beruntung di dunia nyata. Tapi sekarang, orang-orang mulai lelah. Saya yakin dalam beberapa tahun ke depan, kita akan kembali ke cara-cara klasik—bertemu di pesta, bar, atau ruang digital yang lebih manusiawi,” ujar Levi.

Menurutnya, aplikasi kencan tidak mampu mewakili keseluruhan kepribadian seseorang. Sering kali, seseorang baru menyadari ketidaksesuaian setelah berbulan-bulan berinteraksi, dan harus kembali ke titik nol.

Cinta di Era Gen Z: Fleksibel, Tapi Rentan Hampa?

Perubahan ini menunjukkan bahwa Gen Z ingin hubungan yang lebih fleksibel dan tidak mengikat. Namun, di sisi lain, mereka juga menghadapi kesulitan membangun koneksi emosional yang mendalam.

Apakah ini berarti cinta mulai kehilangan maknanya bagi generasi muda? Atau justru sedang mengalami transformasi menuju bentuk relasi yang lebih terbuka dan realistis?***

TAGGED:
Share This Article
Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *