INVERSI.ID – Sebuah studi terbaru mengungkap fakta menarik soal pola komunikasi Generasi Z. Mayoritas anak muda berusia 18 hingga 28 tahun ternyata kesulitan mempertahankan fokus saat melakukan percakapan tatap muka. Dalam laporan bertajuk Mind Health Report, disebutkan bahwa tiga dari empat responden cenderung membuka ponsel hanya dua menit setelah percakapan dimulai.
Penelitian ini melibatkan 2.000 partisipan Gen Z dari berbagai latar belakang. Sebanyak 39 persen di antaranya mengaku sering merasa terdorong untuk mengecek ponsel saat sedang berbicara dengan orang lain secara langsung. Pemicu utamanya? Notifikasi media sosial, pesan instan, dan konten video yang terus-menerus membanjiri layar mereka.
Lebih dari sepertiga responden bahkan menyebutkan bahwa percakapan tatap muka kini terasa membosankan. Tidak hanya itu, 63 persen mengaku mengalami kesulitan menjalin interaksi sosial di dunia nyata. Situasi ini sering kali mendorong mereka menggunakan ponsel sebagai “jalan keluar”, baik saat menghadiri acara (28 persen), nongkrong bareng teman (18 persen), maupun saat berbicara dengan orang tua (17 persen).
Dampak Psikologis: Cemas, Sepi, dan Takut Ketinggalan
Psikolog Dr. Linda Papadopoulos menyoroti dampak serius dari kebiasaan ini. Menurutnya, tekanan untuk terus terhubung secara online dan paparan informasi tanpa henti telah membuat sistem saraf anak muda menjadi kewalahan.
“Tekanan untuk selalu online dan terus menerima informasi bisa memicu kecemasan dan perasaan kesepian,” ujar Papadopoulos, Minggu (13/4).
Kecemasan berlebih terhadap keterpisahan dari ponsel, atau yang dikenal sebagai nomophobia, juga menjadi fenomena yang kian umum. Dalam studi tersebut, sekitar 28 persen responden mengaku merasa cemas jika tidak memegang ponsel, dan lebih dari sepertiga merasa tidak nyaman ketika tidak bisa mengakses perangkat mereka. Tak sedikit yang bahkan terbangun di malam hari hanya untuk memeriksa media sosial.
Produktivitas Menurun dan Kepercayaan Diri Terganggu
Ketergantungan terhadap perangkat digital bukan hanya mengganggu komunikasi sosial, tetapi juga berdampak pada produktivitas. Satu dari lima peserta mengaku mengalami penurunan fokus dan kinerja akibat distraksi yang berasal dari ponsel.
Lebih jauh lagi, media sosial juga memicu penurunan kepercayaan diri di kalangan Gen Z. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain secara visual, sebuah praktik yang memperbesar rasa tidak puas terhadap diri sendiri.
Solusi: Bangun Kebiasaan Digital yang Sehat
Untuk mengatasi masalah ini, dr. Papadopoulos menekankan pentingnya membentuk kebiasaan digital yang lebih sehat. Ia menegaskan bahwa solusi bukan dengan menghilangkan ponsel sepenuhnya, tetapi dengan menciptakan batasan penggunaannya secara sadar.
“Kita perlu bantu anak muda membangun kebiasaan digital yang sehat. Cukup batasi waktunya, bukan disingkirkan total,” jelasnya.
Dalam era yang serba digital, kesadaran untuk membangun keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata menjadi semakin penting. Terutama bagi Gen Z, yang tumbuh bersama internet dan media sosial, kebiasaan ini akan menentukan kualitas hubungan sosial dan kesehatan mental mereka ke depan. ***