INVERSI.ID – Gangguan bipolar bukan hanya terjadi pada orang dewasa. Remaja pun bisa mengalaminya, dan jika tidak ditangani sejak awal, bisa berdampak serius terhadap kehidupan akademik, sosial, bahkan emosional mereka.
Menurut Psikiater dr. Ni Putu Ayu Werdhiatmi, M.Biomed, Sp.KJ, bipolar adalah gangguan suasana hati yang ditandai dengan perubahan mood ekstrem, mulai dari fase manik (terlalu gembira dan berenergi), hipomanik (fase lebih ringan), hingga depresi (sangat sedih dan kehilangan motivasi).
“Mood-nya bisa naik turun secara ekstrem, dan sering disalahartikan sebagai kenakalan remaja,” jelas dr. Werdhiatmi saat diwawancarai RRI, Kamis (3/4).
Sayangnya, gejala bipolar pada remaja sering tidak terdeteksi sejak dini. Hal ini membuat penanganan menjadi terlambat dan meningkatkan risiko gangguan berkelanjutan hingga dewasa.
Faktor Genetik Jadi Pemicu
Faktor genetik disebut sebagai salah satu penyebab utama. Jika dalam keluarga ada riwayat gangguan bipolar—baik orang tua, paman, maupun bibi—risiko seorang anak mengalami gangguan ini akan lebih tinggi.
Butuh Dukungan Lingkungan
Gangguan bipolar membutuhkan pemahaman, dukungan emosional, dan intervensi dari tenaga profesional. Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar sangat penting agar remaja tidak merasa sendiri.
“Dengan penanganan tepat dan dukungan yang memadai, remaja bipolar tetap bisa menjalani hidup sehat dan produktif,” tutupnya.***