INVERSI.ID – Di era serba digital seperti sekarang, tidak ada yang aneh jika kita menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar. Mulai dari bekerja, belajar, hingga mencari hiburan, semua dilakukan lewat gadget.
Namun, pernahkah kamu merasa semakin sering scroll media sosial, justru perasaanmu makin kosong? Kalau iya, bisa jadi kamu sedang mengalami digital fatigue.
Digital fatigue atau kelelahan digital adalah kondisi saat seseorang merasa mental dan emosionalnya terkuras akibat paparan digital yang berlebihan. Fenomena ini kini semakin umum, terutama di kalangan anak muda yang aktivitasnya nyaris tak bisa lepas dari dunia digital. Ironisnya, semakin sering kita terhubung, justru semakin mudah merasa lelah, cemas, bahkan terisolasi.
Dalam beberapa kasus, gejala digital fatigue bisa muncul secara perlahan. Kamu mungkin mulai merasa cepat bosan saat menonton video, kehilangan semangat saat membuka chat, atau bahkan merasa cemas saat ponselmu sepi notifikasi. Rasa FOMO (fear of missing out) justru makin menguat, padahal yang kamu lihat di media sosial sering kali hanyalah versi terkurasi dari hidup orang lain.
Menurut beberapa psikolog, kelelahan digital terjadi karena otak terus dipaksa menerima informasi tanpa jeda. Setiap scroll adalah rangsangan baru, setiap swipe membuka kemungkinan kejutan dan itu bisa sangat melelahkan. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat memengaruhi fokus, kualitas tidur, bahkan produktivitas harian.
Fenomena ini juga diperparah oleh budaya hustle dan koneksi tanpa henti. Banyak orang merasa harus selalu online, takut dianggap tidak responsif atau kurang update. Padahal, tubuh dan pikiran kita butuh istirahat. Butuh waktu untuk tidak melihat layar, untuk kembali mengenali dunia nyata, yang sering kali kita abaikan karena terlalu sibuk dengan layar.
Kabar baiknya, digital fatigue bukan kondisi permanen. Kesadaran adalah langkah awal. Cobalah perhatikan kembali seberapa sering kamu membuka gawai tanpa alasan jelas. Apakah benar kamu sedang butuh hiburan, atau hanya sekadar mengisi kekosongan?
Menjaga jarak sejenak dari dunia digital bukan berarti kamu tertinggal. Justru itu bisa jadi langkah penting untuk kembali merasa utuh dan hadir sepenuhnya di dunia nyata. Karena kadang, untuk merasa bahagia, kamu hanya perlu berhenti scrolling dan mulai hidup.***